Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mursi Vs Shafik, Citra IM Kontra NDP

Kompas.com - 27/05/2012, 03:33 WIB

Musthafa Abd Rahman 

Hasil sementara pemilihan presiden Mesir secara mengejutkan mengantar dua kandidat, Muhammad Mursi dari Ikhwanul Muslimin (IM) dan Ahmed Shafik, loyalis mantan Presiden Hosni Mubarak, ke pemilu putaran kedua, 16-17 Juni. Mursi meraih suara terbanyak 25,4 persen, diikuti Shafik yang memperoleh 24,5 persen suara.

Munculnya Shafik menimbukan pertanyaan. Bagaimana mungkin orang kepercayaan Mubarak mampu mendulang banyak suara? Tidak tertutup kemungkinan Shafik bisa mengalahkan Mursi dalam pemilu putaran kedua. Jika ini terjadi, presiden Mesir lagi-lagi berasal dari lingkaran anggota teras Partai Nasional Demokrat (NDP) yang telah dibubarkan. Lalu, apa makna revolusi 25 Januari 2011 itu?

Padahal, semula publik yakin figur Shafik akan tenggelam oleh nama-nama, seperti Amr Mousa, Hamdin Sabahi, dan Abdul Munim Abul Futuh. Shafik dinilai memaksakan diri karena dirinya memiliki cacat yang sulit diampuni, yaitu bagian dari lingkaran mantan Presiden Hosni Mubarak.

Satu-satunya jawaban, hasil sementara itu adalah cermin kondisi riil Mesir pascarevolusi: situasi karut-marut pada semua lini kehidupan, baik ekonomi, politik, maupun keamanan. Siapa pun bisa merasakan kondisi itu. Tidak sedikit warga Mesir yang kecewa pada revolusi dan merindukan stabilitas era Mubarak.

Dalam konteks politik, hampir setiap Jumat terjadi unjuk rasa di alun-alun Tahrir, buntut pertarungan antar-kekuatan politik yang tiada akhir. Polemik tokoh-tokoh politik di media hampir tak pernah putus sehingga sangat membosankan. Polarisasi politik antara kubu Islamis dan liberal-nasionalis semakin kuat. Isu sektarian antara Muslim dan Kristen Koptik juga kian mengancam keutuhan masyarakat Mesir.

Perekonomian Mesir tak kalah terpuruk. Arus masuk investasi asing ke Mesir setelah revolusi mencapai titik nol. Devisa dari sektor pariwisata anjlok hingga 80 persen dan Mesir merugi 40 juta dollar AS setiap hari akibat terhentinya wisata. Tingkat kemiskinan di Mesir naik tajam hingga 70 persen. Utang luar negeri dan domestik mencapai 1.080 miliar pound Mesir (sekitar 180 miliar dollar AS) atau 90 persen dari pendapatan domestik nasional Mesir.

Pemasukan negara juga susut akibat produksi terhenti, baik akibat revolusi maupun unjuk rasa buruh menuntut kenaikan upah. Pada Mei 2011, sektor industri Mesir merugi sekitar 10-20 milliar pound Mesir (1,5-3,2 miliar dollar AS). Cadangan devisa Mesir melorot dari 36 miliar dollar AS pada Desember 2010 menjadi 16 miliar dollar AS pada April 2012. Pemerintah Mesir mengklaim rugi 1 miliar dollar AS per bulan sejak 25 Januari. Pertumbuhan ekonomi anjlok hanya 2,5 persen pada tahun 2011 dan hanya naik hingga 4 persen pada tahun 2012.

Barangkali, kondisi itu yang membuat publik Mesir merindukan kembalinya stabilitas dan keamanan lewat figur Shafik yang telah berpengalaman dalam pemerintahan. 

Adapun sukses Muhammad Mursi meraih suara terbesar, meski tetap mengejutkan, lebih bisa dipahami. Hal ini menunjukkan mesin organisasi IM, yang memenangi pemilu parlemen akhir tahun 2011, sangat efektif dan tak bisa ditandingi partai lain di Mesir. IM memperlihatkan organisasi yang solid, rapi, dan memiliki sistem komando yang efektif.

Padahal, Mursi sempat diragukan lolos ke putaran kedua karena bersaing ketat dari kandidat kubu Islamis lainnya, Abdul Munim Abul Futuh. Dalam berbagai jajak pendapat, Futuh unggul dari Mursi. Di kalangan internal IM pun, keputusan mengajukan calon presiden menuai pro dan kontra. IM sempat mengajukan Khairat al-Shatir yang karismatik, tetapi didiskualifikasi sehingga akhirnya mengajukan Mursi. 

Kini, duel Mursi melawan Shafik seakan-akan menghidupkan kembali pertarungan antara IM dan NDP. NDP yang sudah dibubarkan menjelma menjadi organisasi besar tanpa bentuk yang mampu bersaing dengan IM. Keduanya dipastikan melakukan manuver untuk menghimpun kekuatan.

Kubu Islamis yang terpecah akan bersatu mendukung Mursi, seperti yang disampaikan Abul Futuh. IM menggalang semacam koalisi presidensial menghimpun Mursi, Sabahi, dan Abul Futuh menghadapi Shafik. IM juga mengimbau semua kekuatan politik menyelamatkan revolusi dari bajakan NDP.

Sebaliknya, Shafik juga berusaha menenangkan semua pihak, khususnya IM. Dalam wawancara dengan televisi Al Hayat, Jumat, Shafik mengatakan, tak ada hambatan jika jabatan perdana menteri dipegang tokoh IM. Artinya, jika Shafik menjadi presiden, dia siap bekerja sama dengan IM.

Kedua kandidat kini punya waktu dua pekan untuk membuat sejarah, menjadi presiden Mesir pertama yang terpilih secara demokratis.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com