Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Satu Dekade Si Tembok China

Kompas.com - 27/05/2012, 03:10 WIB

Minggu (27/5), tim China akan bertarung mempertahankan Piala Thomas dari ancaman Korea Selatan. Jika menang, China tercatat sebagai negara kedua setelah Indonesia yang lima kali menjuarai Piala Thomas. Final di Wuhan Sports Center Gymnasium itu juga bisa jadi ajang Piala Thomas terakhir bagi tembok tangguh Cai Yun.

Dengan usia yang sudah 32 tahun, berat bagi Cai Yun si tandem Fu Haifeng untuk bersaing lagi di Piala Thomas dua tahun mendatang. Terlebih, regenerasi pemain yang laju membuat China tak takut kehilangan panggung di sektor ganda.

Untuk regenerasi, China sudah menyiapkan transisi. Selain Cai/Fu, kubu naga sudah punya tiga pelapis yang kini bercokol di 15 besar dunia. Mereka adalah Chai Biao/Guo Zhendong (5 dunia), Hong Wei/Shen Ye (10), dan Liu Xioling/Qiu Zihan (15)

China memetik pelajaran dari era sebelumnya, yakni kejayaan Li Yongbo/Tian Bingyi era 1980 hingga 1990-an. Lewat mereka, ganda putra China berkibar. Namun, ketika mereka pensiun, sektor itu langsung terbenam.

Lebih dari satu dekade, China tak punya gigi di ganda putra, hingga Cai/Fu muncul, 10 tahun lalu. Lahirnya pasangan ini juga tak lepas dari peran Tang Xin Fu, juga dikenal dengan Tong Sinfu. Pelatih kawakan inilah yang ikut membentuk jago-jago bulu tangkis seperti Susy Susanti, Alan Budi Kusuma, dan Haryanto Arby saat tinggal di Indonesia.

Cai dan Fu yang asalnya pemain tunggal disatukan Tong pada Desember 2002, sepekan sebelum China Terbuka. Tong menilai keduanya cocok. reaksi Cai sangat cepat di depan net. Fu punya daya gedor kuat.

Cai/Fu menarik perhatian saat tampil di semifinal kejuaraan dunia 2003. Meski kalah dari Candra Wijaya/Sigit Budiarto, penampilan mereka mengancam.

Sejak itu, gelar demi gelar mereka raup. Merekalah tembok yang selalu hadir saat China empat kali memenangi Piala Thomas sejak 2004. All England dikuasai pada 2005, juara dunia di 2006, 2009, 20010, dan 2011.

Sejatinya, Cai dan Fu punya kepribadian yang sangat berbeda. Waktu kecil, Cai dikenal lincah, bahkan hiperaktif, sehingga guru sekolahnya meminta orangtuanya memasukkan dia ke sekolah olahraga. Cai pun dikirim ke sekolah olahraga Suzhou. Di sinilah Cai mengenal bulu tangkis sampai bisa bergabung ke tim Provinsi Jiangsu pada 1993 dan masuk skuad tim nasional pada 1999.

Namun, dalam suatu latihan Cai mengalami sesak napas, tangan dan kakinya kaku, jantungnya berdetak 200 kali per menit. Ternyata dia mengidap sakit jantung. Agar kerja jantungnya tak terlampau berat, Cai disarankan hijrah ke ganda. Tak masalah. Toh dia periang dan pandai bergaul.

Sebaliknya, Fu yang pemalu mendapati jalan yang lebih mulus. Pemain yang dijuluki ”Quickest Man on Earth” karena kecepatan smesnya ini mengenal bulu tangkis di sekolah olahraga Guangzhou. Fu juga memulai karier di tunggal. Baru pada 2002 dia beralih bermain ganda.

Selain Piala Thomas, tahun ini juga jadi peluang terakhir duet Cai/Fu untuk menyabet emas olimpiade, gelar yang belum pernah mereka raih. (OTW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com