Potongan gambar yang diunggah aktivis oposisi di Youtube juga disiarkan oleh televisi pemerintah. Namun, keterangan yang menyertai menyebut mereka adalah korban dari pembunuhan yang dilakukan oleh ”kelompok teroris”.
Pemerintah Suriah selalu beralasan, bentrokan dan kontak
Insiden di Houla menjadi pukulan terbesar bagi solusi damai PBB yang dicetuskan utusan khusus PBB dan Liga Arab, Kofi Annan. Di antara poin dalam solusi damai itu adalah penghentian kekerasan dan gencatan senjata, yang seharusnya berlangsung mulai 12 April.
Namun, kekerasan belum berhasil dihentikan. Gencatan senjata tak berhasil diwujudkan dan PBB mencatat korban tewas telah melebihi 10.000 orang. Jumlah korban yang jatuh dalam peristiwa terakhir di Houla, jika berhasil diverifikasi, juga menjadi yang terbanyak sejak tim pemantau PBB diterjunkan mengawasi gencatan senjata.
Pada Sabtu petang, beberapa anggota tim pemantau PBB tiba di Houla untuk melihat keadaan sesungguhnya. Mereka mendatangi Desa Taldau ”untuk mendokumentasikan tindakan kriminal yang terjadi dalam 24 jam terakhir yang melanggar gencatan senjata,” menurut Pemantau HAM Suriah. Lembaga itu menambahkan, ledakan dan letusan senjata masih terdengar saat tim pemantau tiba di sana.
Kegagalan PBB memaksakan gencatan senjata mengundang protes massa. Di Kfarnabel, Provinsi Idlib, puluhan orang turun ke jalan sebagai reaksi atas insiden di Houla. Mereka marah dengan komunitas internasional yang membiarkan kerusuhan di Suriah terus terjadi.
Seorang pengunjuk rasa membawa poster bertuliskan ”(Kofi) Annan bertanggung jawab atas pembantaian di Houla”.
Dari Paris, Menteri Luar Negeri Perancis Laurent Fabius mendesak semua pihak segera menjalankan solusi damai
”Tim pemantau PBB harus bisa menjalankan misinya. Usulan solusi damai dari utusan khusus PBB dan Liga Arab harus segera dilaksanakan,” kata Fabius. Adapun pertemuan Sahabat Suriah, negara-negara yang mendesak Presiden Assad mundur, akan dilakukan di Paris dalam waktu dekat.