Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Advocaat: Otoriter, Kebal Kritik, dan Tak Mau Jaim

Kompas.com - 24/05/2012, 13:06 WIB

KOMPAS.com - Dia dijuluki ”Sang Jenderal Kecil” (”The Little General”). Julukan yang mengaitkan dirinya dengan pelatih Belanda legendaris, Rinus Michels, yang dianggap sebagai ”Sang Jenderal” (”The General”). Dick Advocaat dua kali menjadi asisten Michels di tim nasional Belanda.

Klop dengan julukannya, Advocaat dikenal sosok yang cenderung otoriter, kerap bermusuhan dengan media dan pengamat sepak bola Rusia, serta tak mau ambil pusing dengan kritik. Mantan striker timnas Rusia, Dmitry Bulykin, menuding pelatih berusia 64 tahun itu telah ”mengubah tim nasional menjadi klub pribadinya”.

Awal ceritanya, Bulykin tidak dilirik untuk direkrut masuk timnas meski ia menjadi pencetak gol tersubur kedua di Liga Belanda musim 2010/2011 (21 gol) bersama ADO Den Haag. Musim berikutnya, striker berusia 32 tahun itu bermain di Ajax Amsterdam dan mencetak 9 gol dari 17 laga.

Ia tetap tidak masuk skuad sementara Rusia yang diumumkan Advocaat pada 11 Mei lalu. Kritik kepada Advocaat juga pernah dilontarkan striker Roman Pavlyuchenko, yang komplain karena dibangkucadangkan awal tahun lalu. Di mata Pavlyuchenko saat itu, ”Sang Jenderal Kecil” memiliki pemain-pemain favorit tertentu.

Pavlyuchenko bersama Pavel Pogrebnyak kini menjadi favorit Advocaat di lini depan tim Rusia. Sikap favoritismelah yang kini dikritik media dan pengamat sepak bola negeri itu. Kecenderungan Advocaat yang tidak suka mengganti pemain dinilai menghambat munculnya talenta-talenta baru potensial.

Sekeras apa pun kritik-kritik itu, Advocaat tidak mau ambil pusing. Ia tidak peduli soal citra dirinya. Ia bukan sosok yang biasa jaim (jaga image). Ia pernah mengatakan, yang dia pedulikan hanyalah hasil yang bagus tim polesannya.

Ia menangani timnas Rusia menggantikan pelatih senegaranya, Guus Hiddink. Sebelum itu, Advocaat sudah malang melintang di jagat kepelatihan. Ia membawa Belanda ke perempat final Piala Dunia 1994 dan semifinal Piala Eropa 2004. Diselingi melatih beberapa klub, ia kembali ke jalur tim nasional dengan menangani kesebelasan Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan Belgia.

Menangi trofi

”Saya ingin memenangi trofi juara. Itu peninggalan terbaik,” kata Advocaat saat akan melatih Zenit St Petersburg pada 2006. Pada musim pertama di klub Rusia itu, ia juara liga. Setahun berikutnya, ia bawa Zenit juara Piala UEFA dan Piala Super Eropa dengan memukul Manchester United.

Bersama timnas Rusia, ia sukses meloloskan negeri itu ke Piala Eropa 2012. Di turnamen ini, kontraknya berakhir dan ia akan melatih PSV Eindhoven. Sukses Advocaat di tim Rusia akan diukur dari sukses Hiddink yang membawa Rusia ke semifinal Piala Eropa 2008. Setidaknya, Rusia minimal wajib lolos ke perempat final jika ia tak mau dicap gagal.

”Kali ini, pekerjaan bakal jauh lebih sulit. Bukan hanya karena tim-tim lain tidak akan menganggap enteng Rusia, melainkan juga karena Advocaat bergantung kepada pemain-pemain lama asuhan pendahulunya,” tulis Yevgeny Lovchev, mantan pemain timnas Rusia yang kini kolumnis harian olahraga Soviet Sport. (SAM)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com