Untuk pertama kali sejak 1970 Jepang mengucapkan sayonara
Hari Sabtu (5/5), reaktor nuklir pembangkit listrik terakhir yang masih beroperasi di Jepang dipadamkan untuk menjalani perawatan rutin. Dengan pemadaman reaktor nomor 3 di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Tomari di Hokkaido itu, Jepang kini hidup tanpa listrik yang dibangkitkan dari tenaga nuklir.
Sesuatu yang tak terbayangkan sebelumnya mengingat selama empat dekade ini energi nuklir menyumbangkan sepertiga dari total pasokan listrik di negara tersebut.
Semua itu berubah setelah gempa dan tsunami raksasa, 11 Maret 2011, melumpuhkan empat reaktor nuklir di PLTN Fukushima Daiichi. Peristiwa tersebut memicu bencana nuklir nonmiliter terburuk setelah Tragedi Chernobyl tahun 1986.
Inti reaktor yang meleleh menyebarkan awan radioaktif yang sangat berbahaya, mengontaminasi lahan pertanian pada radius puluhan kilometer, menghancurkan ekonomi lokal, dan memaksa pemerintah mengungsikan ribuan warga.
Peristiwa Fukushima memicu trauma nuklir kedua bagi Jepang, satu-satunya negara yang pernah dihajar bom nuklir dalam sejarah planet ini. Sejak insiden Fukushima itu, tak satu pun reaktor yang sudah dipadamkan sebelumnya diizinkan dinyalakan kembali.
Sejumlah 50 reaktor nuklir yang masih tersisa di Jepang satu demi satu dipadamkan untuk menjalani perawatan rutin wajib, dan sampai saat ini belum satu pun yang aktif kembali.
”Ini adalah hari yang sangat simbolis. Sekarang kita bisa membuktikan bahwa kita bisa hidup tanpa energi nuklir,” tutur Masao Kimura, yang memimpin aksi antinuklir di Tokyo, Sabtu.
Tak semua orang di Jepang senang mendengar kabar pemadaman reaktor terakhir tersebut. Perusahaan-perusahaan listrik memperingatkan, tanpa mengaktifkan kembali PLTN, Jepang bisa kekurangan pasokan listrik hingga 20 persen pada musim panas nanti, saat semua gedung menyalakan pendingin ruangan.
Namun, mengaktifkan kembali PLTN saat ini bukan hal mudah. Selain harus melewati uji ketahanan baru dari risiko gempa dan tsunami, PLTN