Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejumlah Opsi di Balik Penyerbuan terhadap Osama

Kompas.com - 01/05/2012, 13:51 WIB

ENAM minggu sebelum serangan Navy SEAL AS yang menewaskan Osama bin Laden, pada Mei tahun lalu, para pejabat tinggi bidang keamanan pemerintahan Presiden Barack Obama berdebat tentang berbagai opsi lain, termasuk menjatuhkan sebuah bom mini eksperimental ke dalam benteng pemimpin Al Qaeda itu di Pakistan, melenyapkan kompleks itu dengan sebuah pengebom siluman B-2 atau mengajak Pakistan melakukan operasi bersama.

Sementara sejumlah orang lebih suka opsi bom mini, termasuk yang kemudian jadi Menteri Pertahanan Robert Gates dan mantan Wakil Ketua Kepala Staf Gabungan, Jenderal James Cartwright, yang lain secara persuasif berpendapat bahwa bom mini mungkin akan meleset atau bahwa tidak akan ada cara untuk membuktikan kepada dunia bahwa Osama telah tewas. Perdebatan itu tertuang dalam sebuah buku baru yang ditulis seorang ahli tentang Osama, yaitu Peter Bergen.

"Saya pikir kami, kadang-kadang terlalu cepat, menggantung harapan kami pada teknologi baru yang canggih sehingga tidak berhasil," kata Laksamana Mike Mullen yang kemudian menjadi ketua Kepala Staf Gabungan, kepada Bergen tentang perdebatan pada 14 Maret 2011, sebagaimana telah dikutip harian Washington Post.

Buku itu, Manhunt. The Ten-Year Search for Bin Laden From 9/11 to Abbottabad, dijadwalkan akan dipublikasikan besok, setahun setelah penyerbuan yang menewaskan Osama.

Selain berisi laporan lengkap tentang hampir satu dekade frustrasi yang dialami CIA, dengan hampir tidak tahu pasti di mana pemimpin Al Qaeda itu berada, buku tersebut menggambarkan enam tahun masa tinggal Osama di Abbottabad sampai saat ketika ia, menurut Bergen, mengucapkan kata terakhirnya, yaitu ketika Osama bilang kepada istri keempatnya saat pasukan komando AS menaiki tangga menuju kamarnya, "Jangan nyalakan lampu."

Kutipan dari buku itu yang menggambarkan hari-hari terakhir Osama telah dipublikasikan secara online oleh majalah Time, Kamis.

Buku tersebut berdasarkan pada sejumlah dokumen yang disita SEAL dari kompleks Osama, wawancara dengan para petinggi pembuat kebijakan AS dan satu kunjungan ke kompleks Osama dua minggu sebelum pemerintah Pakistan memerintahkan untuk menghancurkan tempat itu pada Februari lalu. Bergen dalam buku itu menggambarkan kehidupan Osama di Abbottabad sebagai "nyaman, walau terkukung" yang membuatnya bebas untuk "memanjakan hobinya membaca dan mengikuti berita" didampingi tiga istrinya dan dikelilingi banyak anak-anaknya. "Bagi seorang buron yang paling dicari di dunia," tulis Bergen, "itu bukan kehidupan yang buruk".

Rumah besar itu, dengan kamar-kamar yang terpisah, termasuk dapur dan kamar mandi untuk dua istri, punya banyak perabot dan dikelilingi tembok tinggi. Osama tinggal di lantai tiga dengan istrinya yang termuda, Amal (29 tahun), yang telah melahirkan anak Osama yang terakhir, dari dua anak Amal dengan Osama, di sebuah rumah sakit Pakistan.

Bagi mereka yang memburu Osama, dia hampir menjadi figur yang mendekati mitos, sosok bagi ribuan mitos "penampakan" dan teori-teori tentang keberadaannya.

Sebagaimana sejumlah laporan lain, Bergen menyajikan sebuah kasus persuasif bahwa kesempatan untuk menangkap atau membunuh Osama sebelum pelariannya dari persembunyiannya di Tora Bora di pegunungan Afganistan sirna ketika para pemimpin militer AS dan pemerintahan Bush tidak menyetujui sejumlah permintaan akan bala bantuan dari militer dan operasi CIA di lapangan.

George W Bush, menurut Bergen, "marah" ketika Michael Morell, penasehatnya di CIA, menyampaikan kepadanya pada awal 2002 bahwa Osama lolos dari serangan di Tora Bora, dan "menjadi bermusuhan, seolah-olah Morell sendiri pelakunya".

Tahun 2005, lapor Bergen, sebuah makalah yang ditulis seorang analis CIA menjadi panduan bagi perburuan yang akhirnya sukses itu. Dengan tidak adanya petunjuk yang meyakinkan setelah hampir empat tahun, analis itu mengusulkan untuk membangun pencarian berdasarkan empat "pilar", yaitu keluarga Osama, komunikasinya dengan pimpinan puncak Al Qaeda, jangkauannya yang jarang ke media, dan kepercayaannya terhadap jaringan kurir.

Hal itulah yang kemudian kini diketahui telah membantu dalam menemukan dan melacak keberadaan kurir Abu Ahmed al-Kuwait, yang tinggal di dalam kompleks itu bersama Osama. Jejak kurir itulah yang pada akhirnya membongkar keberadaan osama.

Ketika para petinggi bidang keamanan AS itu berdebat tentang bagaimana mengetahui apakah Osama berada di dalam kompleks itu, CIA membahas sejumlah usulan.

"Satu gagasan adalah melempar sejumlah bom berbau busuk demi mengeluarkan para penghuninya," kata Bergen. Opsi lain adalah menggunakan pengeras suara dari luar untuk menyiarkan "suara Allah" yang memerintahkan mereka untuk keluar ke jalan. Yang lain mengusulkan untuk membangun sebuah rumah perlindungan di dekat kompleks Osama. Usulan terakhir itu diadopsi tetapi untuk memberikan para agen sedikit informasi tentang apa, atau siapa, yang ada di dalam kompleks itu.

Ketika Obama bertemu para pembantu utamanya pada 28 April 2011, dua hari sebelum serangan itu, Gates dan Wakil Presiden, Joe Biden, menegaskan penentangan  mereka terhadap operasi itu karena terlalu berisiko. Bergen menulis, mereka berpendapat bahwa bukti kehadiran Osama nyata, misi itu terlalu berbahaya dan hubungan dengan Pakistan akan berantakan.

Gates secara terbuka mengakui telah mengajukan syarat. Pada pertemuan terakhir Gedung Putih pada 28 April sebelum serangan itu, Bergen melaporkan, Gates mengatakan kepada Obama bahwa ia akan "lebih nyaman" dengan "sejumlah serangan yang presisi" ketimbang sebuah serangan komando.

Setelah Obama memberikan perintah resmi dua hari sebelum misi itu, para pembantu Gedung Putih terus berdebat apakah Obama harus menghadiri jamuan makan malam dengan media pada malam penyerbuan tersebut dan apakah kehadiran Obama di Situation Room selama operasi itu berlangsung akan memberikan kesan yang tidak disukai, yaitu bahwa Obama sebagai kepala eksekutif melakukan "micromanaging" terhadap sebuah operasi militer.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com