Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyair Perancis Desersi di Salatiga

Kompas.com - 29/04/2012, 10:03 WIB

“Terhadap segala macam dia berontak,” tegas Prof. Okke, “terhadap aturan, terhadap tradisi, terhadap kemapanan, dan tentu saja terhadap tradisi berpuisi”. Contohnya huruf hidup a hitam, e putih, i merah, u hijau, o biru. Sulit diikuti bayangan-bayangan seperti ini.

Mencari relevansinya untuk kita di Indonesia, Benedict Anderson, Indonesianis senior pensiunan gurubesar Cornell University di Amerika menekankan jiwa petualangan Rimbaud. “Dia tidak ingin tetap di Perancis, sehingga bisa menjadi selebriti karatan. Jiwanya petualang,” tegas profesor Anderson.

Dalam puisinya yang indah-indah, ditulis ketika masih berusia belasan tahun, Rimbaud memang sudah menyatakan ingin meninggalkan benteng-benteng Eropa untuk mencari dunia baru.

“Selain itu dia juga banyak menulis puisi tentang dunia yang masih belum diketahui orang”. Sebagai petualang, Rimbaud selalu mencari kesempatan untuk pergi. Kebetulan tentara kolonial Hindia Belanda KNIL sedang mencari tambahan pasukan karena Perang Aceh sudah dimulai.

Rimbaud pergi ke Belanda pada awal 1876 untuk menjalani latihan militer sebentar. Terus dia dikirim ke Jawa, ongkosnya ditanggung pemerintah kolonial. Rimbaud tahu betul dia akan berperang di Aceh sebagai tentara bayaran.

Sampai di Batavia pada bulan Juli 1876 Rimbaud bersama rombongan tentara bayaran lain masih harus menjalani latihan selama 10 hari, terus dikirim ke Semarang untuk latihan lebih lanjut, persisnya di Tuntang dekat Salatiga.

“Sampai sekarang tangsi itu masih ada,” tutur Anderson, “ tapi berubah jadi gedung kereta api”. Rimbaud tahan di situ selama dua minggu. Malam hari dia melarikan diri. Pemerintah kolonial marah sekali, karena sudah mengeluarkan banyak ongkos.

Rimbaud terus dicari, tapi dia bisa bersembunyi di tengah-tengah warga setempat selama dua bulan. Diam-diam dia kembali ke Semarang.

Di sana dia bertemu kapal Inggris yang sedang mencari tenaga tambahan. Dengan berpura-pura sebagai orang Inggris Rimbaud melamar jadi koki. Dia diterima dan boleh ikut berlayar ke Eropa, lewat Afrika Selatan terus ke Irlandia akhirnya kembali ke Perancis.

Dagang senjata

Jadi Rimbaud menetap di Nusantara selama tiga minggu sebagai prajurit dan mungkin dua bulan sebagai buron. Ben Anderson menegaskan Rimbaud tidak pro imperialisme. Sesudah pengalaman Asia ini dia menetap di Ethiopia dan Aden.

Tidak lagi menulis puisi, salah satu aktivitas Rimbaud adalah mencari senjata untuk raja kulit hitam untuk melawan imperialis Italia.

Itu berhasil, sehingga Ethiopia akhirnya bisa mengalahkan tentara Italia. Itulah kali pertama dan satu-satunya kasus pada abad 19 ketika orang Afrika bisa mengalahkan pasukan Eropa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com