Jakarta, Kompas -
”Kami dapat informasi dari anggota parlemen Belanda yang partainya menentang penjualan Leopard ke Indonesia,” kata anggota Komisi I DPR, Helmy Fauzi, Jumat (27/4), di Jakarta.
Ia mengatakan, dalam surat anggota parlemen Belanda itu disebutkan bahwa ada delegasi Indonesia datang ke Belanda pada 14 April. Delegasi Indonesia tersebut ke Belanda untuk menandatangani kesepakatan dengan Pemerintah Belanda. Kesepakatan itu berisi bahwa Pemerintah Belanda bersedia menjual main battle tank (MBT) Leopard kepada Indonesia.
Masalahnya, kata Helmy, belum ada persetujuan DPR untuk pengalokasian anggaran untuk membeli MBT yang memang di luar rencana. Bahkan, dalam rapat dengar pendapat terakhir dengan Kementerian Pertahanan dan TNI, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo menyatakan, pembelian MBT masih wacana.
Oleh karena itu, Helmy menyebutkan, pembelian ini dilakukan di belakang DPR.
Harian de Telegraaf Belanda memberitakan, kesepakatan itu berisi penjualan 80 MBT Leopard kepada Indonesia senilai 200 juta euro atau Rp 2,4 triliun. Ironisnya, dalam laporan utamanya Kamis (26/4), de Telegraaf memberitakan perjanjian itu terancam batal menyusul jatuhnya kabinet Belanda akhir pekan lalu.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Hartind Asrin menyatakan, pembelian MBT Leopard penting untuk memberikan efek gentar. Pembelian MBT Leopard masih dalam proses. Akan tetapi, direncanakan tahun 2012 ini sudah ada MBT Leopard yang akan masuk ke Indonesia.
Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigjen Pandji Suko Hari Judho mengatakan, permasalahan itu domain Kemhan.