Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eksodus Berlanjut

Kompas.com - 27/04/2012, 03:12 WIB

Juba, Kamis - Pertikaian antara negara Sudan dan Sudan Selatan, yang tadinya satu negara, membawa bencana kemanusiaan. Hingga Kamis (26/4), ratusan warga setiap hari lari ke kamp pengungsi, termasuk ke negara tetangga.

Para pengungsi kekurangan pangan, air, gizi buruk, dan mengalami gangguan kesehatan akut. Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR) menyebutkan ada jutaan pengungsi di Sudan dan Sudan Selatan.

Laporan terbaru dari media lokal di Sudan Selatan menyebutkan, pengungsian terus terjadi setiap hari setelah muncul konflik terbaru di perbatasan kedua negara.

Pertikaian terjadi bulan April di beberapa tempat di perbatasan. Ini meningkatkan jumlah pengungsi. ”Setiap hari kami menerima 100 pengungsi dari Sudan Selatan,” kata Emmanuel Nyabera, juru bicara UNHCR di Kenya, Kamis.

Kenya telah menerima lebih dari 100.000 pengungsi Sudan sejak 2007. Meski perang saudara berakhir tahun 2005, arus pengungsi terus terjadi.

Arus pengungsi kembali meningkat sejak pecah pertikaian di Heglig, Kordofan Selatan, di wilayah Sudan; dan juga di Bentiu, Panakuac, Laloba, Teshwin, dan Ad-Damazin di Blue Nile, Sudan Selatan. Konflik terbaru membangkitkan trauma perang, yang memorakporandakan kedua Sudan dalam 22 tahun terakhir. ”Dua atau tiga bulan lagi kami khawatir kamp akan penuh,” kata Nyabera.

Kamp Kakuma di Kenya sudah penuh dengan jumlah 100.000 pengungsi. Populasi pengungsi telah melampaui populasi penduduk Kakuma yang berjumlah 94.000 jiwa. Pemerintah dan penduduk mengidentifikasi kamp baru untuk mengantisipasi pengungsi terbaru dari Sudan dan Sudan Selatan.

4,5 juta pengungsi

Jumlah pengungsi yang ditampung di tempat-tempat relatif aman di Sudan dan Sudan Selatan jauh lebih besar lagi. UNHCR merincikan, hingga Januari 2012 jumlah pengungsi seluruhnya di dua negara sekitar 4,3 juta orang.

Dalam perkiraan, jika perdamaian tercipta, jumlah pengungsi pada akhir Desember 2012 akan menurun menjadi 4 juta jiwa. Setiap tahun sekitar 300.000 orang diperkirakan bisa kembali ke daerah asal jika situasi damai tercipta.

Namun, konflik terbaru di sepanjang perbatasan bisa membuat situasi semakin buruk. Permasalahan umum yang dialami pengungsi adalah kesulitan pangan, air bersih, dan pakaian. Wabah penyakit dan gizi buruk merupakan persoalan yang serius. Masalah itu mengancam jiwa mereka.

Dua negara ini terjebak pertikaian sektarian karena perbedaan etnis dan juga anutan. Namun, lebih jauh dari itu, dua negara ini juga bertikai soal pembagian kekayaan tambang.(AFP/CNN/AP/REUTERS/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com