Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberontak Komunis Tewaskan 11 Tentara Filipina

Kompas.com - 25/04/2012, 17:43 WIB

MANILA, KOMPAS.com — Pemberontak komunis Filipina menewaskan 11 tentara dan seorang warga sipil, Rabu (25/4/2012), dalam sebuah serangan paling berani selama beberapa tahun terakhir, ungkap militer Filipina.

Sebuah konvoi militer yang terdiri dari tiga kendaraan disergap oleh para pemberontak Tentara Rakyat Baru (NPA) dekat kota Tinoc, sebuah kota di pegunungan di Pulau Luzon, kata Mayor Jenderal Rommel Gomez, komandan militer di wilayah utara Filipina.

"Orang-orang itu teroris," kata Gomez tentang para penyerang. "Kami masih memburu mereka."

Seorang kapten termasuk dari 11 personel militer yang tewas dalam serangan di pagi hari itu, kata juru bicara angkatan darat, Kolonel Loreto Maguddayao. Sedangkan warga sipil yang tewas adalah anggota band militer. Dua tentara dan seorang sipil lainnya terluka.

"Serangan ini dianggap sebagai salah satu yang paling berani dari NPA di wilayah ini dalam beberapa tahun terakhir," kata Maguddayao.

Serangan itu tampaknya menyasar komandan batalyon setempat, Letnan Kolonel Eugenio Batara, yang juga berada dalam konvoi tersebut. Iring-iringan kendaraan itu dalam perjalanan kembali ke markas setelah mengunjungi pos di pegunungan. Batara sendiri tidak terluka, imbuh Maguddayao.

Sekitar 100 tentara, polisi, dan pembantu polisi tewas akibat serangan NPA di seluruh Filipina sepanjang 2011. Jumlah korban itu turun dari 184 pada tahun sebelumnya, kata sumber militer.

NPA merupakan unit bersenjata dari Partai Komunis Filipina dan menjadi perlawanan kelompok komunis terlama di Asia sejak 1969.

Tahun lalu, pemerintah mengatakan telah berhasil menghancurkan kekuatan NPA di wilayah pegunungan mengalahkan para pemberontak itu dalam berbagai pertempuran. Selain itu, berkat kegiatan komunitas yang efektif sehingga warga desa melawan para pemberontak itu.

Menurut militer, kekuatan NPA di seluruh Filipina sudah berkurang menjadi sekitar 4.000 personel pada 2011. Pada masa jayanya, kekuatan mereka mencapai lebih dari 26.000 orang.

Pemerintah Filipina membuka kembali pembicaraan damai dengan kelompok komunis pada Februari 2011 lalu. Kedua belah pihak kemudian bersepakat untuk mengupayakan perdamaian dengan tenggat waktu Juni 2012 untuk menandatangani kesepakatan damai.

Namun, negosiasi itu menghadapi jalan buntu pada November 2011 ketika pemerintah menolak tuntutan pemberontak untuk membebaskan 18 gerilyawan yang ditahan pemerintah. NPA berdalih orang-orang itu adalah para konsultan dalam tim perunding mereka.

Sejak itu para pemberontak bertekad meningkatkan serangan terhadap militer dan instalasi penting pemerintah.

Kebuntuan itu juga terjadi sebulan setelah 200 gerilyawan menyerang tiga situs tambang di Mindanao, wilayah yang kaya mineral tetapi rakyatnya miskin.

NPA mengklaim serangan itu merupakan balasan atas kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh para penambang. Versi militer menyebut, serangan itu dilakukan untuk memaksa perusahaan-perusahaan pertambangan itu membayar "pajak revolusioner" yang ilegal.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com