PARIS, KOMPAS.com - Kandidat presiden Perancis dari Partai Sosialis Francois Hollande diperkirakan memenangkan pemungutan suara pemilihan presiden dalam putaran pertama.
Hollande diprediksi akan memperoleh suara lebih dari 28 persen dibandingkan presiden saat ini Nicolas Sarkozy yang hanya meraup suara 26 persen saja.
Sementara itu, kandidat sayap kanan Marie Le Pen berada di posisi ketiga dengan raihan suara sebesar 19 persen.
Dengan perkiraan hasil itu maka yang akan berlaga dalam pemungutan suara putaran kedua 6 Mei mendatang adalah Francois Hollande dan Nicolas Sarkozy.
Usai media menyiarkan hasil hitung cepat itu, Hollande mengatakan dia adalah sosok yang tepat untuk menjadi pemimpin Prancis selanjutnya. "Sarkozy sudah dihukum para pemilik suara," kata Hollande.
Kekalahan Sarkozy di putaran pertama ini merupakan yang pertama kali dalam sejarah ketika seorang presiden yang kembali mencalonkan diri sejak berdirinya Republik Kelima pada 1958.
Sarkozy -yang berkuasa sejak 2007- mengatakan dia memahami 'kekecewaan yang dirasakan rakyat Perancis' dalam dunia yang bergerak cepat saat ini.
Sarkozy kemudian menantang Hollande untuk melakukan tiga kali debat menjelang pemilihan putaran kedua yang akan berfokus pada masalah ekonomi, sosial dan hubungan internasional. Namun, Hollande menolak tantangan ini. Kepada wartawan dia mengatakan satu kali debat yang secara tradisional dilakukan menjelang putaran kedua sudah cukup.
Kejutan sayap kanan
Sementara itu politisi sayap kanan Marie Le Pen membuat kejutan dengan meraup suara terbanyak ketiga dengan 19 persen suara. Marie Le Pen, yang juga Front Nasional Anti Imigrasi itu, memperoleh suara jauh dari yang diraih ayah sekaligus pendahulunya Jean-Marie Le Pen pada 2002 lalu dengan 16 persen suara.