Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perempuan Tak Realistis Saat Menuntut Persamaan?

Kompas.com - 20/04/2012, 16:23 WIB

KOMPAS.com -  "Tak selamanya menuntut persamaan laki-laki dan perempuan itu mungkin terjadi," ungkap Tetty Agus Suhartono, ibu asuh para perempuan TNI, dan istri dari panglima TNI Agus Suhartono, saat berbincang di Mabes TNI Cilangkap, Jakarta Timur, beberapa waktu lalu.

Menurut Tetty, dalam beberapa hal seperti pendidikan, karier, dan keluarga, persaman hak ini memang memungkinkan untuk dicapai. Namun harus disadari bahwa dalam beberapa hal kesamaan ini tidak mungkin terwujud 100 persen, misalnya dalam hal kekuatan dan ketahanan mental dan fisik antara pria dan wanita.

Menurut Tetty, terkadang para perempuan menjadi tidak realistis dalam menuntut persamaan hak dan emansipasi. Di satu sisi hal ini baik, namun di sisi lain menjadi seperti melupakan kodrat mereka sebagai perempuan, yang mau tak mau fisik dan ketahanannya lebih lemah daripada pria.

Tetty mendorong kaum perempuan untuk mensyukuri apa yang dimilikinya. Pada dasarnya perempuan memiliki sifat yang androgini, yaitu sifat gabungan antara laki-laki yang kuat, tegas, dan rasional, dengan perempuan yang penyayang, teliti, dan ulet. Hal ini menciptakan dualisme dalam diri perempuan, yaitu diri sebagai profesional, dan diri sebagai seorang perempuan. Dualisme ini memungkinkan para perempuan memiliki kemampuan untuk melakukan hal-hal yang dilakukan laki-laki, misalnya menjadi perempuan TNI yang kuat dan siap membela negara.

"Dalam pekerjaan mungkin semua tugas sebagai TNI akan disamakan, dan tidak ada perbedaan," ujar Terry. Namun pada satu kondisi, persamaan jender ini juga tidak mungkin dilakukan karena terbatas pada kodrat alami perempuan, seperti menstruasi, hamil, melahirkan, menyusui, dan kekuatan fisik. Dalam hal ini, kaum perempuan tetap membutuhkan toleransi dalam beberapa hal.

Maka, menurut Tetty emansipasi harus disikapi dengan pandangan dan sikap yang realistis, serta keikhlasan dari para perempuan, agar tidak selalu menuntut tetapi juga melihat kembali kemampuannya masing-masing.

Selain itu, tak bisa dipungkiri bahwa prioritas utama seorang perempuan adalah keluarga, setelah itu baru pekerjaan, dan diri sendiri. Sedangkan seorang laki-laki punya prioritas lebih banyak untuk pekerjaan, kemudian keluarga dan diri sendiri. Perbedaan prioritas ini juga didasarkan pada kodrat alamiah dan perasaan yang timbul sebagai seorang ibu.

Karena itu, sebenarnya yang paling dibutuhkan adalah toleransi antarjender yang semakin tinggi, agar semua pekerjaan dan aktivitas lain bisa diselesaikan dengan adil dan seimbang. "Seiring dengan adanya toleransi jender, lama-kelamaan kesetaraan pun akan tercipta dengan sendirinya," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com