Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

F1 Bahrain Terancam...

Kompas.com - 20/04/2012, 03:09 WIB

Awan gelap menyelimuti ajang Grand Prix Formula Satu yang akan digelar di Bahrain. Kemelut politik yang melanda negeri di kawasan Teluk tersebut dikhawatirkan akan berdampak besar terhadap penyelenggaraan balapan F1 di Bahrain. Apalagi kalangan antipemerintah telah mengancam akan melakukan aksi besar-besaran untuk menentang balapan F1 itu.

Penguasa tertinggi F1, Bernie Ecclestone, telah memutuskan bahwa Grand Prix F1 di Bahrain tetap digelar meski kondisi politik di negara itu masih dalam kemelut.

Ecclestone, pekan lalu, dengan tegas mengatakan bahwa tidak terjadi apa-apa di Bahrain dan semua tim senang untuk bertarung di sana. Dia juga berulang kali menegaskan bahwa balapan F1 tidak terlibat sama sekali dengan kegiatan politik dan keagamaan di negara yang menyelenggarakan balapan tersebut.

Meskipun aksi protes terjadi di negeri kerajaan di Teluk itu, aksi mereka tidak akan terlihat sama sekali oleh para tim balapan F1 dan pebalap yang tinggal di hotel-hotel mewah. Kehidupan di kota Manama tampak tidak banyak berbeda dari sebelumnya.

Meski demikian, penggelaran ajang balapan yang menelan biaya cukup besar itu jelas semakin melukai sejumlah warga Bahrain, khususnya para aktivis yang mengalami banyak penyiksaan dan harus menghadapi gas air mata.

Sebuah laporan yang dikeluarkan Amnesty International menyebutkan, pekan ini, bahwa mereka telah menerima sejumlah laporan kredibel mengenai praktik penyiksaan di Bahrain meskipun pihak penguasa telah mengumandangkan janji-janji untuk melakukan reformasi.

Pengamanan ekstra ketat yang disiapkan untuk penyelenggaraan Grand Prix F1 tersebut, dilaporkan Amnesty International, dibarengi dengan penangkapan puluhan aktivis sebagai bagian dari upaya untuk membungkam oposisi di negara Teluk itu.

Bahrain masih berada dalam ketegangan sejak gerakan demokrasi pecah pada tahun lalu, menyusul pemberontakan terhadap pemerintah di Mesir dan Tunisia. Penguasa Bahrain telah menghancurkan gerakan demokrasi itu, dengan menewaskan puluhan nyawa.

Namun, dari hari ke hari kalangan muda di negara itu terus bertikai dengan polisi antihuru-hara dan ribuan orang ikut serta dalam aksi-aksi unjuk rasa yang digelar kelompok oposisi.

”Boikot F1 di Bahrain!” demikian salah satu pesan yang tertulis di dinding di luar ibu kota Manama. ”Kalian akan balapan di atas darah para martir.”

Balapan F1 di Bahrain terpaksa dibatalkan tahun lalu karena merebaknya pemberontakan di negeri itu. Digelarnya kembali balapan F1 pada 20-22 April adalah peluang untuk mengatakan kepada dunia bahwa kondisi telah kembali normal di Bahrain. Hal itu hanya mungkin tercapai jika aksi demonstrasi tidak berhasil mencapai Ibu Kota, jalan-jalan utama di negara itu, dan tidak mengganggu pelaksanaan balapan F1.

Balapan F1 di Bahrain merupakan bagian dari 20 seri balapan F1 di seluruh dunia dan bisa menghasilkan pemasukan bagi pengelola F1 sekitar 2 miliar dollar AS (sekitar Rp 18,4 triliun) per musim.

Ketika terakhir digelar, dua tahun lalu, balapan F1 di Bahrain mampu menarik 100.000 penonton yang menghasilkan pemasukan sekitar 500 juta dollar AS dari pembelanjaan para penonton selama berada di negara itu. Sementara untuk bisa menjadi penyelenggara balapan F1, Pemerintah Bahrain membayar sekitar 40 juta dollar AS kepada manajemen F1.

Persaingan ketat

Setelah digelarnya tiga seri balapan F1 pada musim ini, persaingan di ajang balapan jet darat itu sangat ketat karena belum terlihat ada tim ataupun pebalap yang mendominasi.

Pebalap McLaren, Lewis Hamilton, sementara ini memimpin perolehan nilai, tetapi belum pernah menduduki posisi teratas di ketiga balapan sebelumnya. Dengan konsisten menempati posisi ketiga di tiga seri yang sudah digelar, pebalap Inggris itu sangat berpeluang merebut takhta juara pertamanya di sirkuit Bahrain ini.

Rekan setim Hamilton, Jenson Button, cukup difavoritkan pada balapan di sirkuit di wilayah padang pasir ini. Namun, McLaren masih harus membuktikan kekuatannya di sirkuit ini.

Juara tahun lalu, Fernando Alonso, bersama tim Ferrari, memiliki rekor terbaik di Bahrain meski dua kemenangannya diraih ketika bersama tim Renault.

Juara dunia asal Red Bull, Sebastian Vettel, juga sangat haus untuk meraih kemenangan pertamanya pada musim ini. Sementara pebalap Mercedes, Michael Schumacher, juga telah menunjukkan di Shanghai bahwa dia masih memiliki kemampuan besar untuk menjadi juara.

”Tidak seorang pun dominan. Ini akan menjadi sebuah musim di mana Anda harus bisa memanfaatkan peluang-peluang yang ada,” kata Kepala Tim McLaren Martin Whitmarsh.

Balapan di sirkuit Bahrain tahun ini dikembalikan ke format tahun 2009, dengan pemotongan sejumlah besar bagian di mana pebalap dipaksa melambatkan kendaraannya dan juga jumlah belokan tajam.

Secara keseluruhan, situasi keamanan di Bahrain telah dinyatakan memenuhi syarat untuk penyelenggaraan sebuah ajang sport besar.

Meski demikian, Wakil Direktur Amnesty International wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Hassiba Hadj Sahraoui, mengingatkan, meski mata dunia tertuju ke Bahrain yang tengah mempersiapkan menjadi tuan rumah Grand Prix F1, tidak seorang pun berilusi bahwa krisis hak asasi kemanusiaan di Bahrain telah usai. Puluhan orang masih dipenjarakan setelah menjalani pengadilan militer yang tidak adil. (Reuters/OKI)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com