Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria Belanda Ini Ayah dari 87 Anak

Kompas.com - 19/04/2012, 05:58 WIB

Dalam separuh kasus, calon orangtua memilih hubungan seks sebagai cara alami untuk membuat anak. Tetapi, bagi si donor sperma dari Maastricht, hal itu tidak menjadi syarat untuk menyumbang sperma. "Itu tidak pernah menjadi syarat saya."

Perempuan selalu ditawarkan inseminasi buatan dengan disuntik, terutama pasangan hetero tidak menyukai hal ini. "Mereka berkata: kami kehilangan rasa intimasi yang kami harapkan bisa kami ciptakan dalam proses membuat anak."

Houben menyetujui untuk menyumbang sperma jika ia merasa seorang anak bisa hidup bahagia dalam keluarga. Ia mendonasi untuk perempuan single dan lesbian atau pasangan hetero. "Secara prinsip, saya merasa bahwa semua bentuk keluarga itu bisa memberi kans bagi seorang anak."

Houben kini menjadi ayah biologis dari 87 anak dan ada beberapa lagi yang bakal dilahirkan. "Saat ini, jika Tuhan mengizinkan, lima anak lagi akan dilahirkan."

Jika di Belanda seorang anak dari donor sperma menginjak usia 16 tahun, ia boleh tahu siapa ayahnya. Tetapi, menurut Houben, seorang anak selalu berhak mengetahui siapa ayahnya, berapa pun usianya. Karena itu, ia menyelenggarakan pertemuan tahunan untuk anak-anaknya dan orangtua mereka.

Anak bahagia

Houben tidak memedulikan ungkapan orang bahwa ia hanya mementingkan seks atau hanya bertujuan membuat anak. "Saya dapat membayangkan betul bahwa tidak semua orang sependapat dengan saya, tapi hingga sekarang saya belum melihat orangtua dan anak yang tidak bahagia."

Ia yakin akan misinya, "Saya pikir adalah kewajiban semua orang untuk, satu kali dalam hidup, berbuat suatu hal positif untuk orang lain tanpa imbalan."

Walaupun demikian, pria 43 tahun ini sebenarnya ingin menghentikan kegiatan ini. Ia tidak punya kehidupan pribadi lagi. "Anda harus mengikuti metode penanggalan berdasarkan siklus dari sepuluh hingga 15 orang per bulan. Anda tidak lagi bisa ikut ritme sendiri. Itu makin sulit, saya tidak mampu melakukan itu bertahun-tahun."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com