Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanada Bekukan Proses Pembelian F-35

Kompas.com - 04/04/2012, 18:40 WIB
Dahono Fitrianto

Penulis

OTTAWA, KOMPAS.com- Pemerintah Kanada, Selasa (3/4/2012), memutuskan untuk membekukan sementara seluruh anggaran yang dialokasikan untuk membeli pesawat tempur F-35 Lightning II dan tidak akan menandatangani kontrak pembelian sampai seluruh proses pengadaan pesawat generasi kelima itu diperiksa ulang.

Keputusan itu diambil setelah badan pemeriksa keuangan negara Kanada menemukan berbagai kejanggalan dalam proses pengambilan keputusan pembelian pesawat yang hingga kini terus diterpa berbagai masalah teknis dan pembengkakan biaya itu.

Auditor-Jenderal Kanada Michael Ferguson mengatakan, keputusan pemerintah Kanada memilih F-35 didasarkan pada data yang tidak lengkap dari para pejabat militer negara itu. Data tersebut secara sengaja merendahkan biaya dan risiko yang harus ditanggung pemerintah saat membeli dan mengoperasikan F-35.

"Ada berbagai kelemahan signifikan dalam proses pengambilan keputusan oleh (Departemen) Pertahanan Nasional dalam pengadaan F-35. Berbagai keputusan kunci dibuat tanpa persetujuan atau dokumentasi pendukung," papar Ferguson.

Menurut dia, para pejabat militer Kanada sudah memutuskan pembelian F-35 pada 2006. Mereka memberikan berbagai informasi menyesatkan kepada para menteri kabinet dan anggota parlemen dengan terlalu menganggap enteng berbagai masalah yang dialami program itu dan menyajikan perkiraan biaya rendah hasil rekayasa.

Pemerintah Kanada mengumumkan pada Juli 2010 bahwa mereka akan membeli 65 unit F-35 untuk menggantikan armada pesawat tempur CF-18 (versi Kanada dari F/A-18 Hornet) yang sudah tua. Dua tahun sebelumnya, pemerintah mengumumkan akan menganggarkan dana 9 miliar dollar Kanada (Rp 82,97 triliun) untuk membeli pesawat generasi baru, dan 16 miliar dollar Kanada (Rp 147,5 triliun) untuk biaya operasional dan perawatan pesawat-pesawat baru itu selama 20 tahun ke depan.

Ferguson mengatakan, jumlah uang yang disebutkan pemerintah itu tidak akan cukup untuk membeli, mengoperasikan, dan merawat pesawat-pesawat F-35. Program Joint Strike Fighter (JSF), yang mengembangkan dan memproduksi F-35, telah berkembang menjadi program pengadaan senjata termahal dalam sejarah Departemen Pertahanan AS.

Perkiraan terbaru harga F-35 adalah 135 juta dollar AS (Rp 1,24 triliun) per unit, ditambah harga mesin 26 juta dollar AS (Rp238 miliar), sehingga harga utuhnya hampir mencapai Rp 1,5 triliun per unit.

Pentagon sendiri pekan lalu menyatakan, biaya total untuk membeli, mengoperasikan, dan merawat pesawat F-35 bisa mencapai 1,51 triliun dollar AS (Rp 13,8 kuadriliun) dalam kurun waktu 50 tahun mendatang. AS berencana membeli 2.443 unit F-35 dalam tiga varian.

Ferguson juga menyoroti proses pemilihan F-35 yang tidak melalui proses tender dengan pesawat-pesawat lainnya. Para pejabat militer Kanada menghindari proses kompetisi ini dengan mengatakan, hanya F-35 yang bisa memenuhi seluruh kebutuhan pertahanan Kanada. Namun, pernyataan pihak militer itu tidak didukung oleh dokumen-dokumen.

Pemerintah Kanada langsung bereaksi terhadap hasil audit ini dengan menyatakan akan membekukan sementara seluruh anggaran pembelian F-35 dan meneliti ulang seluruh proses pengadaan pesawat tersebut. Pemerintah juga berjanji akan mengevaluasi berbagi opsi pesawat lain di luar F-35. Salah satu kandidat pesawat yang diduga akan dilirik Kanada adalah F/A-18E/F Super Hornet.

Kanada adalah salah satu dari delapan negara mitra asing program JSF. Mitra lainnya adalah Inggris, Belanda, Turki, Italia, Norwegia, Denmark, dan Australia. Perkembangan terbaru ini makin menambah masalah program F-35.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com