Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mekkah-Madinah yang Kosmopolit

Kompas.com - 25/03/2012, 15:43 WIB
Subhan SD

Penulis

MEKKAH, KOMPAS.com -- Manusia terdiri berbagai ras, warna kulit, etnik, dan bangsa. Di seantero dunia, banyak sekali jenis-jenis manusia ditinjau dari sisi fisiknya, dan itu pun tidak ada yang mirip.

Ada orang-orang yang berkulit hitam yang umumnya datang dari Afrika, kecuali di sebagian utara dari Mesir hingga Maroko. Mereka umumnya berkulit seperti orang-orang Timur Tengah lainnya. Orang-orang Turki, Lebanon, Kurdi, dan lain-lain mirip sebagian orang Eropa. Atau hampir mirip juga dengan orang-orang Asia Tengah seperti Turkmenistan, Tajikistan, Uzbekistan, Kyrgistan, Iran.

Semakin ke jantung benua Asia, ada lagi penduduk yang makin putih kulitnya dan dengan mata sipit, seperti orang China, Jepang, Korea. Kalau ke Asia Selatan, warna kulitnya lebih gelap seperti orang Pakistan, India, Bangladesh. Untuk Asia Tenggara, barangkali berada di antara Asia Selatan dan Asia Timur. Orang-orangnya berkulit lebih gelap dari orang Asia Timur tetapi lebih terang dibanding orang Asia Selatan.

Orang-orang beragam jenis ras itu berada di sekeliling kita saat melakukan ibadah haji atau umrah ke Haramain atau dua Tanah Haram, yaitu Mekkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawarah di Arab Saudi.

Penduduk Muslim dari lima benua pun berkumpul di Tanah Suci. Di dua kota itu, kita merasakan benar-benar kosmopolitanisme, berada di antara penduduk dunia yang multiras atau multibangsa. Jembatan komunikasi Perbedaan-perbedaan itu justru menjadi jembatan komunikasi antarpenduduk dunia.

Itulah yang saya rasakan saat beristirahat di Masjid Nabawi Madinah, selepas shalat ashar, Rabu pekan lalu. Ada lima anak berusia kira-kira enam hingga sembilan tahun yang sedang belajar mengaji mencandai saya.

"Dari Indonosa?" kata seorang di antara mereka sambil cengar-cengir. Saya tertawa sambil menganggukkan kepala seraya meralatnya, "Indonesia". Anak lainnya menimpali, "Jawa?"

"Indonosa, Sumatera," kata temannya yang berada di sebelahnya sambil memberi tahu bahwa dirinya punya keturunan dari Sumatera.

Di Masjidil Haram di Mekkah, ketika berbincang-bincang dengan orang Kashmir (India) dan Irak, Sabtu (24/3), mereka sangat senang saat tahu saya dari Indonesia. Saya menangkap mereka kagum pada Indonesia. Di mata mereka, nama Indonesia terdengar harum. Saya berharap mereka hanya tahu yang baik-baik saja soal negeri kita.

Sebaliknya dari mereka saya mendapatkan informasi menarik soal perjuangan melawan kekuasaan atau penindasan. Irak memang terus membara sejak invasi Amerika Serikat. Kashmir juga berulang kali memanas karena perlawanan warga Muslim.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com