Seoul, Senin -
”Pemerintah kami mendefinisikan rencana peluncuran roket, yang oleh mereka disebut untuk keperluan peluncuran satelit, sebagai provokasi mematikan. Hal itu karena membangun peluncuran jarak jauh dapat berarti membangun persenjataan nuklir dengan memanfaatkan teknologi rudal balistik,” ujar juru bicara kepresidenan Korsel, Park Jung-ha, Senin (19/3).
Seperti diwartakan sebelumnya, Korut berencana meluncurkan roket jarak jauh yang akan membawa satelit untuk keperluan damai ke angkasa. Peluncuran itu sekaligus memperingati 100 tahun kelahiran pendiri negeri itu, Kim Il Sung.
Persoalannya, rencana peluncuran itu hanya berselang beberapa pekan setelah delegasi Korut dan Amerika Serikat bersepakat di Beijing, China. Kedua negara sepakat ”menukar” bantuan pangan AS dengan kesediaan negeri itu untuk tidak menggelar uji coba roket yang kerap dilakukan.
Kesepakatan itu diyakini sebagai langkah maju untuk memulai kembali proses perundingan Enam Pihak (Six Party Talks) terkait program denuklirisasi Korut. Perundingan ini menemui jalan buntu beberapa tahun terakhir akibat Korut mangkir.
Kekhawatiran serupa disampaikan AS, yang menyebut kemajuan teknologi peluncuran peluru kendali balistik jarak jauh Korut sangat cepat. Bahkan, dalam lima tahun ke depan, AS khawatir wilayah daratan mereka dengan mudah menjadi target serangan rudal balistik Korut.
Korut diketahui sudah dua kali menguji coba peralatan nuklir mereka. Namun, sejumlah pakar mengaku belum terlalu yakin apakah Korut sudah mampu menciptakan dan mengaplikasikan hulu ledak nuklir di rudal balistik mereka.
Korut diyakini punya cukup material untuk membangun puluhan bom nuklir. Pada 2010, fasilitas pengayaan uranium Korut telah mulai mengerjakan program pengayaan plutonium yang membawa mereka masuk dalam tahap kedua menuju proses pembuatan senjata atom.
Kemarin, Presiden Korsel Lee Myung-bak bertemu kabinetnya membahas isu luar negeri dan pertahanan. Mereka mendiskusikan pengumuman mendadak Korut yang sangat mengejutkan itu, yang juga bertabrakan dengan resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang larangan Korut menggelar uji coba roket jarak jauhnya.
Lee memastikan Korsel akan bekerja sama dengan AS, Jepang, China, dan Rusia sebagai anggota Six Party Talks, dalam Konferensi Tingkat Tinggi Keamanan Nuklir pekan depan di Seoul.
Pertemuan yang dihadiri Presiden AS Barack Obama dan Presiden Chin Hu Jintao itu tidak mengagendakan pembahasan program senjata pemusnah massal Korut. Namun, isu itu tetap dibahas dalam pertemuan sampingan.