Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Horta Tak Lolos ke Putaran Kedua

Kompas.com - 20/03/2012, 05:05 WIB

DILI, SENIN - Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta mengakui kekalahannya dalam putaran pertama pemilihan presiden negara tersebut, Senin (19/3). Ramos Horta berjanji akan menyerahkan jabatannya secara damai kepada presiden baru pada 19 Mei mendatang.

Setelah penghitungan suara pemilihan presiden (pilpres) mencapai 84 persen tuntas, Senin, posisi pertama masih diduduki Francisco ”Lu Olo” Guterres, calon presiden dari partai oposisi Fretilin. Guterres mendapatkan 128.266 suara, atau 28,45 persen.

Tempat kedua diduduki Jose Maria de Vasconcelos alias Taur Matan Ruak. Mantan panglima militer dan pemimpin gerilyawan itu meraih 113.553 suara, atau 25,16 persen.

Ramos Horta menduduki tempat ketiga dengan 80.291 suara (17,81 persen) sehingga tak berhak mengikuti putaran kedua pilpres yang akan digelar tanggal 16 atau 21 April mendatang. ”Saya mengucapkan selamat kepada dua kandidat yang akan melanjutkan ke putaran kedua,” ujar Ramos Horta dalam konferensi pers, Senin.

Ramos Horta berjanji akan menyerahkan jabatannya kepada siapa pun pemenang putaran kedua nanti secara damai. ”Pada malam tanggal 19 Mei, saya akan menyerahkan tampuk kepemimpinan negara ini kepada presiden baru,” ujar dia.

Seorang presiden di Timor Leste tidak memiliki kewenangan besar dalam penentuan kebijakan pemerintah. Namun, peran mereka dianggap vital dalam menjaga stabilitas di negara yang dilanda gelombang kekerasan sejak merdeka pada 20 Mei 2002.

Tantangan ekonomi

Masalah utama yang dihadapi negara termuda di Asia itu adalah ekonomi. Bank Dunia menyebutkan, sekitar 41 persen dari 1,2 juta penduduk Timor Leste hidup dengan penghasilan kurang dari 0,88 dollar AS (sekitar Rp 8.000) per hari.

Guterres diduga akan mencari pendekatan hati-hati untuk memperbaiki manajemen ekonomi Timor Leste. Sementara itu, Matan Ruak terkesan menomorsatukan pertahanan dan keamanan negara dengan menjanjikan penerapan wajib militer jika ia terpilih.

Rencana Matan Ruak itu dipandang menarik bagi sebagian pemilih di Timor Leste. ”Sekarang setelah diplomat pintar Ramos Horta pergi, saya akan memilih Taur. Kriminalitas remaja dan kekerasan sering terjadi di sini, jadi saya berharap Taur bisa mendisiplinkan mereka,” kata Rita da Silva (30), seorang ibu rumah tangga di Dili.

Pemilih lain khawatir, baik Guterres maupun Matan Ruak akan sama-sama menerapkan kebijakan tangan besi. ”Ramos Hortas adalah orang yang sangat lembut, berbeda dengan dua kandidat itu, yang terlalu keras dan bisa menjadi radikal. Saya khawatir mereka akan memerintah dengan tangan besi dan memaksakan kebijakan mereka,” ujar Marsela Jos Santos (27), warga Dili.

Pilpres hari Minggu (18/3) berjalan tertib dan damai. Sehari kemudian, aktivitas warga Dili berangsur-angsur normal setelah sempat diliburkan tiga hari untuk persiapan pemilu.

Proses pesta demokrasi yang berjalan damai ini meningkatkan kemungkinan penarikan pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir tahun. Saat ini masih terdapat sekitar 400 tentara penjaga perdamaian yang dipimpin Australia di Timor Leste.

(AFP/Reuters/AP/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com