Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentara Pembantai Dipindah, Karzai Kecam AS

Kompas.com - 17/03/2012, 11:51 WIB

KABUL, KOMPAS.com - Presiden Afganistan Hamid Karzai, Jumat (16/3), kembali mengecam Amerika Serikat sehubungan dengan pembantaian 16 warga sipil Afghanistan, yang diduga dilakukan seorang sersan Amerika. Pembantaian itu telah meningkatkan ketegangan terbuka antara kedua negara tersebut.

Komentar Karzai mempertegas kemarahan mendalam di negara yang terkoyak perang itu, sehari setelah ia mengatakan, pasukan internasional mesti meninggalkan semua desa Afganistan. "Pemerintah Afganistan tidak mendapat kerja sama AS mengenai penyerahan tentara AS kepada pemerintah Afganistan. (Korban sipil) ini sudah lama berjatuhan," kata Presiden Karzai kepada wartawan. Karzai yang sudah lama menyerukan agar serangan AS terhadap rumah warga sipil Afganistan segera diakhiri,  pada Jumat menghadapi tekanan dari keluarga korban pembantaian itu untuk melakukan perbaikan. "Kelakuan itu tidak dapt ditoleransi. Kami tidak meminta uang. Kami menuntut keadilan ketimbang kompensasi," tambahnya.

Namun di tengah kemarahan tersebut, Presiden AS Barack Obama dan Karzai kembali menegaskan bahwa tentara AS akan meninggalkan Afganistan paling lambat pada akhir 2014, kendati ada seruan untuk melakukan penarikan lebih dini. Dalam percakapan telepon antara kedua pemimpin itu, Jumat, Obama sepakat untuk menyelesaikan keprihatinan Karzai mengenai serangan pada malam hari saat keduanya mengatakan, mereka akan membahas keluhan mengenai tentara NATO di berbagai desa Afganistan.

Para pemimpin Afganistan telah menuntut tersangka pelaku penembakan itu untuk menjalani pengadilan publik di Afganistan. Namun tentara AS berusia 38 tahun itu malah diterbangkan ke Kuwait pada pekan ini dan pada Jumat berada dalam perjalanan ke tempat tahanan dengan pengamanan maksimum di Fort Leavenworth, Kansas, Amerika Serikat. Selanjutnya, ia akan menghadapi tuntutan.

Pengacara tersangka itu, John Henry Browne, menegaskan sersan Angkatan Darat AS tersebut tertekan akibat luka serius yang diderita seorang rekannya sehari sebelum pembantaian itu.  Browne, yang tinggal di Seattle, mengatakan kepada CNN bahwa ia berbicara melalui telepon dengan kliennya, yang terdengar tidak jelas mengenai sejumlah fakta dalam kasus itu. Pengacara itu hanya mengatakan, ia "prihatin dengan kondisi kejiwaan kliennya".

Seorang pejabat AS, yang tidak mau disebut namanya mengatakan, "Para penyidik memiliki alasan untuk percaya bahwa alkohol mungkin telah menjadi faktor dalam peristiwa tragis ini."

Karzai bertemu dengan 20 sampai 30 kerabat para korban di istananya, Jumat. Saat itu, para perwakilan keluarga korban menduga ada banyak tentara Amerika yang terlibat dalam pembantaian di dua desa itu. Namun mereka tak memberi perincian yang mendukung pernyataan mereka.  "Bagaimana mereka berani membunuh anak-anak kami, padahal mereka datang ke negeri kami untuk bertugas? Kami tak menginginkan uang dan kami menuntut keadilan dan kami ingin mereka diadili di Afganistan," kata Haji Abdul Samad, seorang tetua dari Kabupaten Panjwayi. "Kami ingin  pemerintah mengambil langkah praktis untuk menghentikan aksi tersebut."

Haji Abdul Saboor, tetua lain dari distrik Panjwayi, mengatakan adalah "kebohongan mutlak" bahwa hanya satu tentara Amerika yang bertanggung jawab. Pembantaian itu terjadi pada Minggu (11/3), saat jelang fajar, ketika para korban tengah tidur.

Pembantaian tersebut merupakan yang terbaru dalam serangkaian insiden yang melibatkan para tentara Amerika yang sangat mempengaruhi hubungan Afganistan-AS yang sudah rapuh saat AS bersiap untuk menarik pasukan tempurnya pada akhir 2014. Sebuah video yang dirilis tahun ini menunjukkan para tentara Amerika mengencingi sejumlah mayat anggota Taliban dan pada pertengahan Februari, sejumlah Al Quran dibakar di pangkalan militer AS. Peristiwa pembakaran Al Quran itu memicu kerusuhan yang menewaskan sedikitnya 40 orang.

Kantor Karzai mengatakan, dia mengatakan kepada Menteri Pertahanan AS, Leon Panetta, Kamis, bahwa pasukan internasional harus meninggalkan desa-desa dan "direlokasi di markas mereka". Ia juga menegaskan, Afganistan siap untuk mengambil tanggung jawab keamanan. Karzai tidak memberikan batas waktu selain mengatakan, NATO harus menyerahkan kepada pasukan Afganistan pada tahun 2013 dan pejabat AS mengatakan, pernyataan Karzai itu "konsisten" dengan jadwal yang disepakati. Panetta dan NATO bulan lalu mengatakan, mereka berharap pasukan Afganistan dapat mulai memimpin pada 2013 sehingga pasukan asing berperan sebagai pasukan cadangan sebelum sebagian besar pasukan tempur menarik diri pada tahun 2014.

Namun di Afganistan, reaksi terbelah antara mereka yang percaya bahwa pasukan keamanan setempat mampu melakukan pekerjaan dengan lebih baik dan mereka yang terpengaruh oleh banyaknya bukti bahwa pasukan negara itu belum mampu mengambil alih tugas pengamanan. Shinkai Karokhel, seorang anggota parlemen dari Kabul mengatakan, ia terkejut oleh apa yang ia sebut ledakan "emosional" Karzai yang dipicu oleh kemarahan atas pembunuhan pada hari Minggu. "Pasukan keamanan Afganistan tidak mampu menjaga keamanan di desa-desa dan kabupaten-kabupaten di negara ini di mana Taliban memegang kendali yang kuat," katanya kepada AFP.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com