Annan tidak menjelaskan rincian isi jawaban Pemerintah Suriah itu. Jubir Annan, Ahmed Fawzi, menyampaikan, mantan Sekjen PBB itu kini sedang mempelajari jawaban tersebut.
Annan kepada televisi Aljazeera juga mengungkapkan, kubu oposisi Suriah juga siap menerima penghentian aksi kekerasan yang diperlihatkan pemerintah. Oposisi juga siap dengan pembukaan jalur bantuan kemanusiaan. Namun, tidak dijelaskan apakah kubu oposisi mau menerima dialog politik dengan Pemerintah Suriah.
Pekan lalu, Annan pergi ke Suriah dengan mengusung tiga misi: penghentian aksi kekerasan oleh tentara pemerintah, pembukaan jalur bantuan, dan usulan dialog politik.
Sumber-sumber Turki—seperti dikutip harian Asharq Al Awsat—mengungkapkan, usulan yang diterima itu termasuk soal penarikan pasukan pemerintah dari kota-kota dan desa-desa. Usulan lain yang diterima adalah rakyat diperbolehkan menyampaikan pendapat dan menggelar unjuk rasa, dialog politik antara pemerintah dan oposisi dengan mediator PBB dan Liga Arab.
Ini merupakan perkembangan ke arah baik dalam politik Suriah. Namun, Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan Annan agar jangan terperangkap dengan janji-janji positif dari Presiden Assad. Turki sebelum ini sudah sering tertipu dengan janji-janji positif Assad yang tak pernah dilaksanakan.
Erdogan memperingati pula, Annan harus waspada dengan manuver rezim Presiden Assad yang selalu mengulur-ulur waktu.
Sebelumnya, hari Selasa lalu, Annan telah bertemu Ketua Dewan Nasional Suriah (SNC) Burhan Ghalioun, di Ankara, Turki.
Annan seusai bertemu Ghalioun mengatakan, ada opsi lain dari masyarakat internasional jika Pemerintah Suriah menolak solusi yang dia usulkan. Annan menyampaikan tetap optimistis bisa tercapai solusi atas krisis di Suriah.
Adapun Ghalioun menyatakan, Suriah kini berlomba dengan waktu untuk segera menerima solusi politik dan diplomasi yang ditawarkan Annan.
Ia memperingatkan, sebagian negara akan melaksanakan janjinya untuk mempersenjatai kelompok oposisi jika rezim Presiden Assad tetap bersikeras dengan sikapnya. Ghalioun juga menyerukan masyarakat internasional menjatuhkan sanksi keras kepada rezim Assad.
Anggota SNC yang juga direktur pusat studi Suriah untuk kajian politik dan strategi yang bermarkas di Washington, Ridhwan Ziyadah, mengatakan, misi Kofi Annan saat ini merupakan kesempatan diplomasi terakhir bagi Pemerintah Suriah.
Ziyadah menyatakan pesimistis misi Annan akan berhasil karena rezim Presiden Assad tidak paham apa pun kecuali bahasa tentang kekuatan dan pertumpahan darah. Ia mencontohkan, ketika Annan menjalankan misi rezim Assad justru terlibat
Di lapangan, rezim Presiden Assad berpacu dengan waktu agar bisa menaklukkan oposisi sesegera mungkin, sembari berpikir soal usulan dari Annan. Tujuannya adalah jika Suriah