Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warga Mati Mengenaskan

Kompas.com - 14/03/2012, 08:43 WIB

KAIRO, KOMPAS.com - Lembaga Umum Revolusi Suriah mengungkapkan 55 orang tewas akibat pembantaian ditemukan di kota Idlib. Sebanyak 40 orang tewas karena ditembak di dekat Masjid Al-Bilal di kota Idlib dan 15 orang lainnya tewas akibat serangan artileri. Di banyak tempat warga mati mengenaskan.

Demikian diberitakan televisi Alarabiya, Selasa (13/3). Korban tewas akibat pembantaian selama dua hari, Senin dan Selasa, di kota Homs dan Idlib menjadi 115 orang.

Di kota Homs, hari Senin lalu, ditemukan 60 jasad yang sebagian besar adalah kaum wanita dan anak kecil. Komite Koordinasi Lokal Suriah, Selasa, menyatakan hari berkabung di seluruh Suriah atas korban pembantaian di kota Homs.

Seorang aktivis, Hadi Abdullah, mengatakan, pasukan pemerintah pada hari Minggu (11/3) mengumpulkan kaum wanita dan anak-anak di alun-alun distrik Karam Zaitun, kota Homs. Mereka dilecehkan dan keesokan harinya ditemukan telah menjadi tumpukan jenazah.

Pasukan pemerintah juga dilaporkan melakukan penjarahan dan pembakaran rumah-rumah milik para aktivis antirezim Presiden Bashar al-Assad dan tokoh-tokoh di distrik Tsaura dan Dhabith di Provinsi Idlib.

Di samping itu, eksodus penduduk juga terjadi dari kota Homs, setelah terbongkar aksi pembantaian di kota itu. Sebagian besar penduduk yang eksodus itu berasal dari distrik Ashira, Bab al Saba, Karam Zaitun, dan Al-Adawiyah.

Distrik Al Hamidiyah di kota Homs yang mayoritas berpenduduk Kristen banyak menampung penduduk yang lari dari distrik-distrik lain dan meminta perlindungan. Sebanyak 50 keluarga dari kota Homs juga mengungsi ke Lebanon.

Gambar-gambar pembantaian di Homs tersebar di jaringan internet dan YouTube. Ini memicu kemarahan rakyat di seantero Suriah. Ratusan pengunjuk rasa memutus jalan di distrik Al-Medan, Damaskus, untuk memprotes pembantaian di Homs.

Badan pengawas HAM internasional (Human Rights Watch/ HRW) juga menuduh otoritas Suriah menyebar ranjau di sepanjang jalan dekat perbatasan dengan Lebanon dan Turki. Jalur ini biasa digunakan warga Suriah untuk keluar dari Suriah.

Menteri Penerangan Suriah Adnan Mahmud menuduh kelompok teroris melakukan pembantaian di kota Homs untuk membangun opini bahwa tentara pemerintah telah melakukan pembantaian.

Setuju pemilu

Juru bicara Dewan Nasional Suriah (SNC), George Sabra, meminta masyarakat internasional segera turun tangan untuk melindungi warga sipil dari pembantaian. Ia juga meminta segera dibuka jalur bantuan kemanusiaan dan zona larangan terbang untuk mencegah serangan pasukan pemerintah. Sabra menegaskan pula, SNC memutuskan untuk mempersenjatai Tentara Pembebasan Suriah (FSA).

Ketua SNC Burhan Ghalioun, pekan lalu, mengungkapkan, SNC mulai mendapatkan dana dari Arab dan Barat. Sebagian dana itu dipakai guna membeli senjata untuk menghadapi pasukan pemerintah.

Utusan khusus PBB dan Liga Arab untuk Suriah, Kofi Annan, Selasa, di Turki, mengadakan pembicaraan dengan tokoh-tokoh oposisi dari SNC.

Kini China juga mulai berpaling dari Suriah. China mulai mendukung pencarian solusi atas krisis di Suriah. Sama seperti Rusia, China menolak intervensi asing secara militer di Suriah.

Dalam perkembangan terbaru, Pemerintah Suriah menyetujui pemilu parlemen multipartai pada 7 Mei. Akan tetapi, kubu oposisi mengatakan pasti menolak pemilu karena tujuan utama adalah pergantian rezim.

Kubu oposisi Suriah mengatakan, adalah tidak tepat menyelenggarakan sebuah pemilu di tengah kisruh politik. Tawaran soal pemilu itu diabaikan.(MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com