Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukungan Menurun karena Harga BBM

Kompas.com - 13/03/2012, 08:26 WIB

WASHINGTON DC, KOMPAS.com — Tingkat dukungan terhadap Presiden Amerika Serikat Barack Obama kembali turun bulan ini, setelah sebagian besar warga AS khawatir dengan harga bahan bakar minyak yang terus naik. Peluang Obama terpilih lagi sebagai presiden AS pada November nanti pun terancam.

Hasil jajak pendapat yang diselenggarakan ABC News dan The Washington Post yang dipublikasikan pada Senin (12/3/2012) menunjukkan, 50 persen responden mengaku tak setuju dengan cara Obama menjalankan pemerintahan saat ini. Hanya 46 persen responden yang setuju.

Padahal, sebulan lalu, posisi Obama persis sebaliknya, yakni didukung 50 persen responden dan ditentang 46 persen responden. Waktu itu Obama diuntungkan kondisi ekonomi AS yang mulai membaik dan tingkat pengangguran yang menurun.

Sekitar dua pertiga responden jajak pendapat terbaru itu mengaku tak puas dengan kinerja Obama terkait harga BBM yang naik terus. Harga rata-rata bensin di stasiun pengisian bahan bakar di AS kini mencapai 3,60 dollar AS per galon (sekitar Rp 8.700 per liter).

Meski demikian, laman gasbuddy.com, yang mencatat harga BBM di 50 negara bagian di AS, menyebutkan, harga bensin sempat mencapai 5,09 dollar AS per galon (sekitar Rp 12.300 per liter) di satu SPBU milik perusahaan Mobil dan dua SPBU milik Chevron di kawasan Los Angeles, California, pekan lalu.

Asosiasi Otomobil Amerika (AAA) memprediksi harga bensin di AS bisa mencapai rata-rata 4,25 dollar AS per galon bulan Mei mendatang. Harga BBM tinggi sangat mengganggu rakyat AS, yang sekitar 76 persen mengendarai mobil pribadi untuk berangkat ke tempat kerja atau sekadar untuk belanja di mal.

Kenaikan harga BBM, yang antara lain dipicu oleh prospek membaiknya kondisi ekonomi di AS sendiri dan situasi yang memanas di Timur Tengah, juga dikhawatirkan akan kembali menghambat pemulihan ekonomi AS setelah diterjang badai resesi 2008-2009. Tingkat belanja konsumen bisa menurun dengan harga bensin tinggi.

Sasaran empuk

Situasi ini langsung menjadi sasaran empuk rival politik Obama dari Partai Republik. ”Harga bensin sudah meroket, tetapi Obama tak mau mengejar kebijakan energi yang masuk akal,” tutur Ketua Komite Nasional Partai Republik Reince Priebus.

Para politikus republiken menuduh Obama kurang agresif dalam menambah pasokan minyak dalam negeri. Obama juga dituding sengaja membuat minyak bumi tak kompetitif di pasar untuk mendorong kebijakannya mencari sumber-sumber energi terbarukan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com