Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kristen-Muslim Membaca Kitab Suci Bersama

Kompas.com - 09/03/2012, 08:26 WIB

UTRECHT, KOMPAS.com — Dengan membaca kitab suci bersama sejumlah perempuan Kristiani dan Muslim mencoba mencari titik temu antara dua agama samawi ini. Apakah ini cara para perempuan dari dua agama ini memperingati Hari Perempuan Internasional? Dan bagaimana mereka menyikapi perbedaan?

Sekitar sepuluh orang perempuan Kristiani dan Islam duduk berhadapan di kantin pusat Gereja Kristen Protestan (PKN) di Utrecht, Belanda tengah. Mereka adalah peserta dialog antar-Islam dan Kristiani yang sedang istirahat sambil menikmati makan malam ala Indonesia, lapor Radio Nederland, Kamis (8/3/2012).

Profesor Syafaatun Mirzana, seorang ilmuwan Islam Indonesia, yang ikut serta dalam dialog itu, mengakui ajaran Kristiani dan Islam itu berbeda, tapi tidak selalu bertentangan. Lalu bagaimana cara mereka membaca kitab suci bersama? "Membaca itu dalam arti kita saling memahami antara satu sama lain," katanya. Karena baik di dalam kitab suci Kristiani maupun Islam, ada cerita-cerita yang mirip. Inilah yang dicoba untuk dipotret bersama, lanjutnya.

"Misalnya masalah penciptaan (creation). Di surat Al Baqarah dibacarakan bagaimana Adam diciptakan. Lalu Genesis di bible juga berbicara tentang penciptaan," kata guru besar yang kini menjadi dosen tamu di Amerika ini.

Bukan hanya teks-teks di Al Quran saja yang dibahas dan dicari perbandingannya dengan kitab suci Kristiani, tapi juga hadis Nabi. Dan temanya tentu saja tidak terbatas pada masalah penciptaan. Misalnya topik perempuan. "Bagaimana perempuan dibicarakan di kitab suci masing-masing."

Saling menghormati

Penyelenggara dialog ini adalah Dr. Gé Speelman, dosen di universitas teologia protestan Belanda. Seperti Syafaatun ia mengakui memang kedua agama ini berbeda dan tujuan berdialog bukan untuk membuat semua orang memeluk satu agama saja. Lalu apa tujuan berdialog? "Untuk belajar saling menghormati. Ini susah terjadi, kalau kita tidak saling mengenal dan berdialog langsung, sehingga kita menghormati perbedaan," katanya.

Ia menambahkan, kalau tidak terjadi dialog langsung, maka yang ditonjolkan adalah perbedaan sehingga terjadilah saling menuding. Dampaknya, perbedaan tidak hanya dibesar-besarkan, tapi ditambah-tambah.

Dosen mata kuliah pengetahuan agama ini menambahkan, bahwa perempuan berbeda dengan lelaki dalam berdialog. "Karena perempuan lebih sosial. Perempuan selalu berbicara tentang kehidupan sosial, tentang anak-anak mereka. Dengan demikian dialog akan lebih membuahkan hasil," kata perempuan yang mengaku sering berkunjung ke Indonesia ini.

Kedua perempuan ini sependapat bahwa peranan agama sangat penting. Mengutip Hans Küng, ahli teologi Swis, yang mengatakan, kalau tidak ada perdamaian antara agama maka tidak akan ada perdamaian di dunia ini. Oleh karena itu agama tidak bisa dihilangkan, simpul keduanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com