Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ponpes Waria "Senin-Kamis" di Yogyakarta

Kompas.com - 08/03/2012, 14:06 WIB
Sutarmi

Penulis

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - "Waria juga manusia." Ungkapan itu rupanya menjadi dambaan tiap waria untuk dianggap sebagai sesama. Berawal dari keinginan untuk dimanusiakan itu, berdirilah Pondok Pesantren Khusus Waria "Senin-Kamis" yang terletak di Kampung Notoyudan, Kelurahan Pringgokusuman, Kecamatan Gedongtengen, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Pondok pesantren (ponpes) ini berdiri setelah salah seorang waria bernama Maryani mengikuti pengajian di pondok pesantren yang berada di Jalan Godean asuhan Kiai Hamroli Harun.. "Dari 3.000 jamaah di sana, saya satu-satunya waria. Hatiku berkecamuk. Saya waria dapat diterima oleh masyarakat, pasti teman yang lain juga dapat diterima," kata pengurus Pondok Pesantren Senin-Kamis Maryani, Kamis (8/3/2012).

Maryani mengatakan, ponpes yang berdiri sejak 2008 ini memiliki 25 santri yang aktif. Kegiatan pondok pesantren mulai dari pengajian, salat berjamaah, belajar membaca Alquran, atau tukar pikiran yang diadakan setiap Minggu sore. Tetapi tidak ada paksaan yang mewajibkan waria masuk dalam ponpes.

"Begitu juga santri bebas untuk memilih menjadi laki-laki atau perempuan, termasuk dalam melaksanakan ibadah salat. Dari 25 santri, 20 santri mengenakan sarung dan lima santri menggunakan mukena. Kadang kalau tidak ada ustaz, salah satu dari kami ada jadi imam saat salat berjamaah," kata Maryani.

Ponpes ini, kata Maryani, bertujuan mewujudkan kehidupan waria yang bertakwa kepada Allah SWT dan bertanggung jawab terhadap diri dan keluarga, serta komunitas, masyarakat, dan negara. Sedangkan misi dari ponpes, masih kata Maryani, yakni mendidik para santri waria menjadi pribadi yang bertakwa dengan berbekal ilmu agama yang kuat dan mampu beradaptasi dan berinteraksi dengan segala lapisan komponen masyarakat.

"Jadi santri kami bekali dengan jiwa mandiri seperti memberikan ketrampilan merias dan ketrampilan lainnya. Harapan saya waria tidak keluar malam dan ngamen di jalanan, karena kerjaan ini sangat menyedihkan," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com