Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran: Presiden Assad Tak Terselamatkan

Kompas.com - 08/03/2012, 08:18 WIB

KAIRO, KOMPAS.com — Iran meminta Presiden Suriah Bashar al Assad mengundurkan diri karena tidak lagi terselamatkan. Permintaan itu disampaikan melalui seorang pejabat tinggi di Irak, yang bertindak sebagai mediator untuk Presiden Bashar al Assad.

Pejabat tinggi Irak, yang tak disebut namanya itu, dikenal memiliki hubungan pribadi dengan Presiden Assad. Informasi baru itu dirilis situs Wikileaks dan diberitakan harian Asharq al Awsat, Rabu (7/3/2012).

Isu soal desakan agar Assad mengundurkan diri ini mencuat. Hal itu juga ditanyakan kepada Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, yang segera menjabat sebagai presiden. Putin mengatakan, tidak ada pembicaraan soal pengunduran diri Assad.

Para pejabat Pemerintah Iran dikatakan memantau secara saksama perkembangan situasi di Suriah.

Pemimpin Spiritual Iran Ali Khamenei dan Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad mengambil kesimpulan bahwa rezim Presiden Bashar al-Assad sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Menurut Khamenei dan Ahmadinejad, rezim Presiden Assad akan ambruk seperti rezim Moammar Khadafy di Libya.

Ali Khamenei ingin merencanakan serta mengatur aksi kudeta di Damaskus, dan siap bekerja sama atau menjalin kesepahaman dengan AS bagi pengaturan sebuah aksi kudeta itu. Khamenei ingin terjalin kesepahaman antara AS dan Iran di Suriah, seperti kesepahaman yang pernah terjalin ketika menjatuhkan rezim Saddam Hussein di Irak.

Namun, AS menolak tawaran Iran. Ini karena AS khawatir Iran akan menggunakan kerja sama itu untuk melestarikan pengaruh di Suriah pascarezim Assad, seperti yang terjadi di Irak pascarezim Saddam Hussein.

Meski demikian, Iran bertekad tetap bergerak sendirian di Suriah tanpa AS atau pihak lain. Sebaliknya, Iran kini melihat AS dan negara lain seperti Turki sebagai saingan dalam memperebutkan pengaruh di Suriah pascarezim Assad.

Turki kini diketahui telah menjalin kerja sama dengan Tentara Pembebasan Suriah (FSA) dan Ikhwanul Muslimin (IM) di Suriah. Tujuannya untuk menggulingkan rezim Assad. Turki menginginkan IM yang didukung FSA bisa berkuasa di Suriah pascarezim Assad.

Hal itu diharapkan bisa mempermudah sinergi dengan Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) pimpinan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang berbasis Islam Sunni, jika IM berkuasa di Suriah.

Adapun Iran lebih menghendaki terjadinya kudeta elite di lingkungan istana di Damaskus sehingga lebih bisa menjamin terlindunginya kepentingan Iran di Suriah pascarezim Assad. Pilihan lain bagi Iran adalah mempertahankan habis-habisan rezim Assad karena sudah jelas menjamin kepentingan Iran.

Penggulingan tertunda

Tertundanya aksi menggulingkan rezim Assad di Damaskus hingga saat ini lantaran AS dan Barat belum menemukan alternatif pascarezim Assad yang menjamin kepentingan Barat di Suriah.

Meski Iran, Turki, dan AS berbeda pendapat soal siapa yang lebih ideal berkuasa pascarezim Assad, mereka sepakat rezim Assad akan jatuh pada tahun 2012 ini.

Momentum lain yang kini ditunggu adalah sikap akhir institusi militer di Suriah. Kekuatan utama militer masih mendukung rezim Assad. Namun, institusi militer itu mulai retak.

Berita pembelotan dari tentara dan perwira militer terus terjadi hampir setiap hari. Para perwira penganut mazhab Syiah Alawite—yang dikenal loyal kepada rezim Assad—kini mulai pecah. Banyak perwira dari penganut Alawite tidak setuju atas aksi kekerasan berlebihan terhadap warga sipil.

Situs Wikileaks itu juga menyebutkan, ibu Presiden Bashar al-Assad kini resah atas situasi buruk di Suriah. Ia telah menyampaikan hal itu kepada Bashar alAssad dan Maher al-Assad (saudara kandung Bashar al-Assad yang kini menjabat Komandan Divisi IV dari pasukan elite Suriah). Dikatakan, jika ayah mereka (Hafez al-Assad) masih ada, niscaya tidak akan terjadi aksi protes seperti saat ini.

Ia sangat khawatir kedua putranya bernasib seperti Khadafy dan putra-putranya di Libya. Ibu Bashar dan Maher meminta kedua putranya segera mencari solusi sebelum tertutup semua pintu dan jendela bagi mereka. (MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com