Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bentrokan Baru Pecah di Sudan

Kompas.com - 08/03/2012, 06:51 WIB

KHARTOUM, KOMPAS.com - Pasukan Sudan dan gerilyawan terlibat bentrok di kawasan Darfur, kata kedua pihak, Rabu (7/3/2012), dalam kekerasan terakhir di wilayah Sudan barat yang dilanda pergolakan itu.

Juru bicara militer Sawarmi Khalid Saad mengatakan kepada Reuters, pasukan pada Selasa menyerang gerilyawan Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) di daerah Baashim di Darfur Utara. "Operasi itu merupakan bagian dari pembersihan daerah tersebut (dari gerilyawan JEM). Militer berhasil menghancurkan pasukan musuh," katanya.

Juru bicara JEM Gibreel Adam Bilal mengkonfirmasi pertempuran itu namun mengatakan, gerilyawan melancarkan serangan dan menghancurkan sejumlah kendaraan militer. "Sejumlah besar prajurit tewas," katanya.  Klaim itu dibantah juru bicara militer tersebut.

Sejumlah kelompok gerilya Darfur, khususnya JEM dan Tentara Pembebasan Sudan (SLA), memberontak pada 2003 untuk menuntut otonomi lebih luas bagi wilayah barat yang gersang itu. Mereka kini dianggap sebagai kelompok pemberontak yang paling kuat.

JEM menolak menandatangani perjanjian perdamaian penengahan Qatar yang ditandatangani Sudan dan Gerakan Keadilan dan Kebebasan (LJR), sebuah kelompok pemberontak lain di Darfur, pada 2011.

Perpecahan di kalangan pemberontak dan pertempuran yang terus berlangsung menjadi dua halangan utama bagi perundingan perdamaian yang berlangsung sejak 2003 di Chad, Nigeria dan Libya, sebelum pindah ke Doha.

Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon telah mengungkapkan kekhawatiran atas peningkatan pertempuran antara gerilyawan dan pasukan pemerintah di wilayah Sudan barat itu.

Ban mengatakan, ia terutama khawatir mengenai pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok gerilya Gerakan Keadilan dan Persamaan Hak (JEM) serta Tentara Pembebasan Sudan (SLA) yang setia pada Minni Minawi.

JEM dan SLA mengangkat senjata melawan pemerintah Sudan di Darfur pada 2003 dengan menuduh mereka mengabaikan wilayah barat Sudan yang terpencil itu. Serangkaian gencatan senjata dan perjanjian telah gagal menghentikan pertempuran di kawasan itu.

PBB mengatakan, lebih dari 300.000 orang tewas sejak konflik meletus di wilayah Darfur pada 2003, ketika pemberontak etnik minoritas mengangkat senjata melawan pemerintah yang didominasi orang Arab untuk menuntut pembagian lebih besar atas sumber-sumber daya dan kekuasaan. Pemerintah Khartoum menyebut jumlah kematian hanya 10.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com