Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Israel Tolak Seruan Obama

Kompas.com - 07/03/2012, 02:22 WIB

Kairo, Kompas - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Selasa (6/3), di Washington, menolak seruan Presiden Amerika Serikat Barack Obama agar Israel menahan diri. Hal itu dikatakan PM Israel di depan forum Komite Urusan Publik Israel Amerika (AIPAC).

Netanyahu mengatakan, sanksi ekonomi dan tekanan diplomasi telah gagal menghentikan aktivitas program nuklir Iran. Ia memperingatkan harga yang harus dibayar dari penantian panjang. ”Tidak mungkin kita memikul biaya dari penantian yang lebih panjang lagi,” katanya.

Ia mengatakan tidak akan membiarkan rakyat Israel hidup terus di bawah ancaman. Netanyahu menyebut ancaman Iran itu seperti holocaust (pembantaian Nazi atas etnis Yahudi di Eropa) pada Perang Dunia II.

Pidato Netanyahu itu disampaikan setelah pertemuan dengan Presiden Obama di Gedung Putih. Di hadapan Obama, Netanyahu juga menyatakan Israel adalah penentu bagi nasibnya sendiri. Namun, Netanyahu mencoba menenangkan Obama dengan menyampaikan, Israel belum mengambil keputusan untuk menyerang Iran.

Meski demikian, Netanyahu menegaskan, Israel memiliki hak menggunakan kekuatan militer terhadap Iran. PM Israel juga menyampaikan kepada Obama, sanksi telah semakin kuat, namun waktu mulai habis. Netanyahu menyatakan pula, Obama memahami sikap Israel soal hak Israel untuk membela diri.

Obama sendiri mengatakan, dia dan Netanyahu melihat masih ada kesempatan bagi opsi diplomasi.

Peringatan Hezbollah

Di Beirut, Hezbollah mengingatkan bahwa serangan ke instalasi nuklir Iran akan membakar semua kawasan dan memaksa AS terseret ke dalam perang baru. Deputi Ketua Hezbollah Sheikh Naim Qasim menegaskan, AS tahu persis bahwa jika terjadi serangan berarti akan membakar semua kawasan dengan hasil akhir yang tidak bisa diketahui.

Ia menambahkan, pejuang Hezbollah—berjumlah ribuan dan mendapat latihan terbaik— kini bersiaga penuh. Namun, Sheikh Qasim memprediksi perang belum meletus saat ini.

Meski demikian, lanjutnya, Hezbollah sudah siap jika perang meletus besok, dengan persiapan yang lebih baik dibanding pada saat perang tahun 2006. Menurut dia, Israel tahu persis tentang kesiapan Hezbollah itu.

Analis politik dari harian Al Hayat, Elliyas Harfush, mengatakan, Israel berhasil memanfaatkan pemilu presiden AS tahun ini dengan memprovokasi Presiden Obama untuk memberi prioritas terhadap isu Iran. Israel juga berhasil menjadikan kongres AIPAC tahun ini menjadi ajang pertarungan di antara kandidat presiden AS untuk menarik simpati Yahudi. Maka, para kandidat presiden AS itu terpaksa berlomba-lomba mengangkat isu Iran untuk menarik simpati.

Menurut Harfush, kongres AIPAC tahun ini berbeda jauh dengan AIPAC tahun lalu. Jika kongres AIPAC tahun lalu mengangkat isu Palestina, kongres AIPAC tahun ini mengangkat isu Iran.

Harfush juga menuduh media massa Israel yang berhaluan kanan berhasil membangun opini bahwa rudal-rudal Iran yang dilengkapi kepala nuklir akan segera menghantam kota-kota Israel. Karena itu, kini tidak ada pilihan lain kecuali menyerang Iran. (MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com