Kairo, Kompas -
Demikian diberitakan kelompok pembela hak asasi manusia, Human Rights Watch (HRW), lewat keterangan pers, Minggu (4/3), di Beirut, Lebanon. Homs menjadi sasaran utama serangan aparat sejak gerakan yang menuntut reformasi mulai berlangsung pada Maret 2011.
Kematian sebanyak itu terjadi selama 27 hari, pada Februari, oleh aparat yang menyerbu tanpa pilih bulu ke sejumlah wilayah di Homs. Distrik Bab al-Amr adalah wilayah yang paling sering mendapatkan serangan, rutin dimulai sejak pukul 06.30 pagi hingga senja.
Serangan mortir dilakukan, termasuk dengan mortir kaliber 240 milimeter buatan Rusia. HRW menambahkan gambar, didapatkan lewat satelit, yang memperlihatkan 640 bangunan hancur. Di kota itu juga terlihat 950 lubang akibat serangan yang intensif.
Iran diberitakan turut memasok senjata yang dibutuhkan Suriah untuk menyerang oposisi, yang dijuluki sebagai antek-antek Barat. Iran selalu membela Suriah, yang dianggap sedang dalam target Barat untuk dijatuhkan.
Pada hari Minggu, wartawan Amerika Serikat, Marie Colvin, dan fotografer Perancis, Remi Ochlik, telah diterbangkan ke Paris dari Damaskus. Wartawan Perancis yang lain, Edith Bouvier dari harian Le Figaro, dan wartawan AS, Paul Conroy, cedera dalam serangan yang menewaskan Marie Colvin dan Remi Ochlik.
Bouvier (31) dan Conroy mengenang kembali kejadian di Homs, yang menurut mereka memang sengaja diserang habis-habisan oleh aparat. Conroy mengatakan hal yang terjadi di Homs mirip pembantaian.
Komunitas internasional hari Minggu (3/3) mengimbau agar otoritas Suriah mengizinkan penyaluran bantuan kemanusiaan melalui komite Palang Merah Internasional (ICRC) ke distrik Bab al-Amr di kota Homs yang jatuh ke tangan pasukan pemerintah sejak hari Kamis lalu.
Otoritas Suriah mencegah tim ICRC dan Bulan Sabit Suriah masuk ke distrik Bab al-Amr dengan alasan keamanan belum kondusif.
Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu mengatakan, otoritas Suriah telah melakukan tindak pidana. China juga meminta Suriah menghentikan aksi kekerasan.