Moskwa, Sabtu -
Sesuai ramalan pemerintah juga, rivalnya di Partai Komunis, Gennady Zyuganov, yang pengacara dan maju mencalonkan diri untuk keempat kali pada pemilihan presiden (pilpres) Rusia, diperkirakan menduduki peringkat kedua dengan kemungkinan suara 15 persen.
Calon-calon lain? Orang kaya Rusia, Mikhail Prokhorov dan politisi flamboyan Vladimir Zhirinovsky, kemungkinan akan berebut posisi ketiga. Sementara juru kunci diramalkan akan diduduki mantan Ketua DPR Rusia Sergei Mironov.
Meski diramalkan akan kembali menduduki posisi presiden Rusia, Vladimir Putin bukan tanpa tantangan berat. Belakangan sudah mulai berkecamuk aksi protes menentang kembalinya orang kuat Rusia yang pernah dua kali menjadi presiden antara tahun 2000 dan 2008 serta kini menjabat Perdana Menteri Rusia di bawah Presiden Dmitry Medvedev ini.
Penulis Associated Press, Jim Heintz, melaporkan dari
Pemerintah Rusia pun sudah mengantisipasi bakal terjadinya aksi protes setelah pilpres hari Minggu dengan mengerahkan sekitar 6.000 anggota polisi di ibu kota dan sejumlah kota lain yang diperkirakan bakal rusuh.
Sistem politik Putin, yang disebut-sebut orang sebagai ”demokrasi terpimpin” ini menempatkan kelompok oposisi pada posisi tertekan dan hanya mendapat izin terbatas untuk melakukan aksi kampanye pra-pilpres dan di beberapa kesempatan aparat kepolisian membubarkan acara kumpul-kumpul tak berizin yang dilakukan oposisi.
Kremlin juga menguasai semua saluran besar televisi dan laporan-laporan mereka pun cenderung tidak kritis terhadap uraian-uraian program masa mendatang jika Putin kembali terpilih sebagai presiden Rusia untuk ketiga kalinya.
Dalam berbagai siarannya ditampilkan bagaimana sang calon presiden ini menunggang kuda, melakukan olahraga selam, atau bahkan mengoleksi binatang-binatang buas.
Meski demikian, aksi-aksi protes toh merebak dengan lontaran tuduhan: terjadi aksi kecurangan pada pemilu parlemen pada Desember lalu. Merebaknya aksi protes ini memaksa penguasa melakukan perubahan sikap, di antaranya memberi izin aksi kampanye oposisi yang menyedot massa mencapai jumlah 50.000 orang di Moskwa. Aksi ini pun mendapat porsi liputan televisi pro-pemerintah.