Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Uji Genetik Mencari Metabolisme Sehat

Kompas.com - 29/02/2012, 08:02 WIB


AGNES ARISTIARINI

Worthless people live only to eat and drink; people of worth eat and drink only to live (Orang bodoh hidup hanya untuk makan dan minum, orang bijak makan dan minum hanya untuk hidup). Socrates (470-399 SM, filsuf)

Para ahli kesehatan sudah lama tahu, faktor genetik dan lingkungan—termasuk pola makan dan gaya hidup—berperan besar menentukan derajat kesehatan seseorang. Meski demikian, pemahaman bahwa tubuh kita punya catatan lengkap tentang pengaruh faktor-faktor di atas baru muncul sejalan dengan perkembangan ilmu biologi molekuler belakangan ini.

”Notulen” riwayat hidup itu—termasuk segala hal yang dialami nenek moyang—tersimpan rapi dalam urutan sekuen deoxyribonucleic acid (DNA) atau rantai panjang polimer nukleotida yang mengandung informasi genetik untuk diturunkan.

DNA memang sumber informasi kehidupan nenek moyang kita. Perubahan pola makan, lingkungan, dan segala aktivitasnya ternyata tidak hilang meski sudah diturunkan selama berabad-abad. Seperti kata Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Sangkot Marzuki, keragaman genetik manusia adalah arsip evolusi ribuan tahun.

Uji metabolisme

Tidaklah mengherankan apabila Lembaga Eijkman juga mengeksplorasi DNA terkait dengan gaya hidup dan metabolisme. Bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah (keduanya di Bali) dan Jurusan Antropologi Universitas Arizona (Amerika Serikat), Safarina G Malik dari Lembaga Eijkman meneliti interaksi gen dan aspek budaya yang memengaruhi metabolisme orang Bali.

Orang Bali menjadi pilihan karena mereka tinggal di sebuah pulau dan populasinya relatif homogen secara genetik. ”FK Unud dan RSUP Sanglah yang melihat dari segi klinisnya,” ungkap Safarina.

Penelitian mengenai kaitan metabolisme dan gaya hidup ini sangat strategis karena saat ini banyak terjadi peningkatan kasus berbagai penyakit, seperti gangguan kardiovaskular, diabetes melitus, dan kanker.

”Hasil penelitian genetik menunjukkan adanya berbagai marka yang berhubungan, misalnya dengan peningkatan kadar lemak dalam tubuh dan berat badan. Marka ini yang akan menjadi penanda untuk mencegah penyakit,” papar Herawati Sudoyo, Deputi Direktur Lembaga Eijkman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com