Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Mudah bagi Israel Menyerang Iran

Kompas.com - 27/02/2012, 04:38 WIB

Isu serangan Israel ke instalasi nuklir Iran masih dianggap sebuah spekulasi besar. Selain itu, sasarannya juga dianggap masih tidak jelas.

Sistem pertahanan udara dan pesawat tempur Iran yang sudah tua memang tidak akan mampu menghadapi pesawat tempur berteknologi tinggi, demikian pula dengan perang siber yang dilancarkan Israel.

Namun, rencana operasi militer Israel masih penuh tanda tanya. Ini sangat tergantung pada kejelian kinerja intelijen dan sejauh mana Iran berhasil menyembunyikan elemen uranium.

Israel memang memiliki reputasi soal operasi serangan kilat yang melumpuhkan musuh-musuhnya. Akan tetapi, sasaran instalasi nuklir Iran saat ini jauh lebih kompleks dibanding sasaran instalasi nuklir di Irak, yang diserang tahun 1981.

Pada tahun 1981, pesawat tempur Israel berhasil menghancurkan reaktor nuklir Irak di Osirak, tanpa kehilangan satu pun pesawat tempur. Pada tahun 2007, Israel diyakini berhasil melakukan serangan kilat terhadap sebuah sasaran di Suriah yang diduga kuat merupakan sebuah reaktor nuklir.

Akan tetapi, jika pesawat tempur Israel harus terbang sejauh 1.600 kilometer menuju Iran, itu merupakan tantangan sangat berat bagi Israel. Masalahnya, ada keterbatasan sistem pengisian bahan bakar di udara dan luasnya jaringan instalasi nuklir Iran.

”Ini bukan sasaran kecil,” kata Laksamana purnawirawan yang memimpin komando pusat AS pada tahun 2007-2008, William Fallon, dalam audiensi di pusat Studi Internasional dan Strategis (CSIS), seperti dikutip kantor berita AFP, Minggu (26/2).

Perlu 125 pesawat

Menurut analis dari CSIS itu, Iran telah mengembangkan program nuklir dan tahu bagaimana melakukan pengayaan uranium. Iran menggunakan jaringan industri untuk membuat sentrifugal yang bekerja secara rahasia. Karena itu, Iran memiliki potensi mampu bertahan dari serangan bom serta memiliki komponen. Iran juga merancang perencanaan agar kembali melakukan aktivitas pengayaan uranium jika diserang.

”Perangkat untuk pembuatan sentrifugal bisa digerakkan secara cepat. Komponen sentrifugal yang sudah jadi bisa dengan mudah dipindahkan ke tempat lain. Maka, apa yang Anda ketahui pada bulan ini belum tentu sama dengan bulan depan,” kata Presiden Institut untuk ilmu pengetahuan dan keamanan internasional, David Albright.

”Jika merasa serangan akan pasti terjadi, Iran bisa cepat memindahkan sesuatu yang penting dari program nuklirnya. Maka pertanyaan inti sekarang, sejauh mana pengetahuan Israel tentang program nuklir Iran itu,” ujarnya.

Kalangan internal dan eksternal militer AS kini tengah hangat mendiskusikan sejauh mana keberhasilan serangan Israel ke Iran itu. Makin kuat spekulasi bahwa Israel akan menyerang Iran.

Para ahli kini memfokuskan pada isu seberapa lama yang dibutuhkan Israel dalam aksi penyerangan itu, sejauh mana efektivitas serangan tersebut, dan sasaran apa yang jadi target.

Menurut analis dari IHS Jane’s untuk konsultan pertahanan, Scott Johnson, Israel membutuhkan 125 pesawat tempur buatan AS paling akhir, yakni 101 pesawat tempur F16Is, 24 unit F15Is, serta 8 pesawat pengisi bahan bakar di udara seperti KC-707.

Pesawat tempur Israel yang kini menggunakan bom pintar, rudal Cruise, dan rudal udara ke darat harus fokus ke sasaran rumit. Sasaran itu antara lain pusat pengayaan uranium bawah tanah di Natanz, sebuah fasilitas pembuatan sentrifugal dekat Teheran. Juga ada fasilitas nuklir bawah tanah Fordo di sebuah gunung dekat kota Qom. Fasilitas nuklirdi Fordo berada 80 meter di bawah permukaan tanah. (mth)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com