Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memilih Gillard, Rudd atau Abbot

Kompas.com - 24/02/2012, 17:17 WIB

oleh L Sastra Wijaya

Media massa Australia di musim panas seperti sekarang ini biasanya dipenuhi dengan berbagai berita olahraga, mulai dari kriket, balap mobil, pacuan kuda, sampai ke sepakbola.

Namun akhir pekan ini, berita yang mendominasi hampir semua media adalah siapa yang akan menjadi Ketua Partai Buruh Australia, hari Senin, yang otomatis menjadi Perdana Menteri Australia, Julia Gillard atau Kevin Rudd.

Pasar taruhan untuk sementara menempatkan Perdana Menteri saat ini, Julia Gillard sebagai favorit. Rudd mengundurkan diri hari Kamis sebagai Menteri Luar Negeri, dan Gillard menyatakan pemilihan ketua akan dilakukan guna menyelesaikan krisis dalam tubuh Partai Buruh, dan Rudd menyatakan  akan mencalonkan diri.

Pemilihan akan dilakukan oleh kaukus, yaitu para anggota parlemen federal Partai Buruh di Canberra. Menurut perkiraan banyak pihak, dari sekitar 101 anggota kaukus yang boleh memilih, Gillard diperkirakan akan mendapatkan dukungan 60 persen.

Tidak mengherankan dalam jumpa pers sejak mengundurkan diri, Kevin Rudd mendesak agar para pendukung Partai Buruh di seluruh Australia menghubungi anggota parlemen mereka guna menyatakan pendapat siapa yang pantas menang. Inilah masalah besar yang dihadapi oleh Kevin Rudd.

Berbagai jajak pendapat di Australia mengatakan bahwa dia adalah tokoh Partai Buruh paling populer saat ini dan pantas kembali menduduki jabatan Perdana Menteri. Tetapi mengapa dukungan itu tidak muncul di kalangan anggota parlemen?

Nicola Roxon yang sekarang menjadi Jaksa Agung memberikan alasannya dengan memberi contoh ketika Rudd menjadi PM selama setahun setelah menang pemilu di tahun 2010.

Pada dasarnya, Roxon mengatakan bahwa Rudd bukan "manajer" yang baik dalam mengelola kabinet, tidak mau mendengarkan pendapat kolega, dan tidak memiliki perencanaan yang baik.

Pendapat ini berulang kali diamini oleh beberapa menteri lain yang mendukung Julia Gillard. Guna menangkis tuduhan itu, Rudd mengatakan bahwa dia sudah berubah dan sudah belajar dari berbagai kesalahan yang dilakukannya di masa lalu. Namun, paling tidak sampai hari Senin, tidak banyak anggota kaukus Partai Buruh ini yang percaya bahwa Rudd sudah berubah.

Sejauh ini, diperkirakan dukungan bagi Rudd hanya sekitar 20-30 suara saja. Guna mengkontraskan dengan Rudd, Gillard mengatakan bahwa nilai plusnya adalah dia seorang pekerja yang  bisa menyelesaikan semua tugas dengan baik, tanpa banyak sesumbar.

Namun persoalannya dengan Gillard adalah bahwa tingkat kepopulerannya di mata pemilih saat ini rendah, di bawah ketua partai oposisi Tony Abbot. Sejak menjadi Perdana Menteri 18 bulan lalu, Gillard dianggap tidak mampu menampilkan diri agar bisa diterima oleh warga kebanyakan. Gillard dianggap dingin, dan memiliki tameng yang tidak bisa ditembus.

Australia saat ini merupakan sedikit dari diantara negara maju yang perekonomiannya tidak terlalu terganggu oleh krisis ekonomi dunia.

Menteri Keuangan Wayne Swan yang juga Wakil Perdana Menteri pernah terpilih sebagai Menteri Keuangan Terbaik Dunia tahun lalu. Dengan modal seperti ini, pemerintah layaknya populer di mata rakyat.

"Gillard tidak dipercaya oleh rakyat." demikian kata Rudd memberi alasan. Siapapun yang menang hari Senin memiliki tugas yang berat untuk mencegah Partai Liberal pimpinan Tony Abbot untuk menang dalam pemilu berikutnya.

Dalam setahun terakhir, popularitas oposisi tinggi. Hal inilah yang dikhawatirkan oleh Kevin Rudd bila Abbot menang pemilu. "Mereka akan menjadi partai paling konservatif dengan kebijakan-kebijakan yang 30-40 tahun terkebelakang." kata Rudd.

Partai oposisi tentu saja senang dengan keributan Partai Buruh dan banyak pengamat mengatakan siapapun yang menang entah itu, Gillard atau Rudd, kekisruhan dalam sepekan terakhir sudah menghancurkan kepercayaan rakyat.

Pengamat mengatakan Tony Abbot berharap Gillard akan menang karena "status quo" tidak berubah, dan mereka tetap bisa melanjutkan kebijakan mereka selama ini.

Kevin Rudd akan menjadi lawan yang lebih "tangguh" untuk dihadapi. Tetapi dengan, "perang terbuka" dalam sepekan terakhir, dengan berbagai serangan dari kedua kubu, Gillard dan Rudd, peluang Partai Buruh yang baru memerintah lagi selama satu periode bisa diperpanjang?

*) L.Sastra Wijaya, koresponden KOMPAS di Adelaide, Australia.   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com