Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Al Shabab Tidak Peduli Penderitaan Penduduk

Kompas.com - 23/02/2012, 07:28 WIB

Khadra Muhamud Aden, wanita berusia 80 tahun di Tabda, kota gersang di Somalia selatan, terkenang akan masa mudanya yang tenang dan jarang kesulitan makanan. Dulu warga tidak pernah bergantung pada belas kasihan orang lain dalam mendapatkan barang kebutuhan pokok.

Di hari tuanya kini, Aden tidak lagi bahagia. Somalia dililit kelaparan dan perang. Bantuan pangan dari pihak asing terus mengalir, namun akses mendapatkannya sulit. Bahkan, jalur distribusi pangan ditutup oleh Al Shabab yang berperang dengan tentara lokal, Kenya, dan pasukan Uni Afrika.

Jalur pasokan pangan ke Tabda yang dinilai aman selama ini ialah melalui Kenya. Namun, belakangan ini pecah pertempuran antara tentara Kenya dan Al Shabab, kelompok garis keras yang berafiliasi dengan Al Qaeda. Lintasan dari Kenya dan Pelabuhan Kismayo di Somalia dikuasi Al Shabab.

”Kami ingin Al Shabab diusir dari sini agar tercipta kehidupan yang baik. Dulu kami hidup baik. Ada kedamaian. Waktu malam kami bisa tidur tenang. Kini setiap malam terdengar suara tembakan. Anggota Al Shabab setiap saat bisa datang ke rumah dan membunuh Anda,” kata Aden lagi.

Warga Somalia kini hidup di jagat penuh kekerasan dan kelaparan. Wilayah laut dikuasai para bajak laut yang kerap kejam kepada korbannya. Di daratan negeri di Tanduk Afrika itu berkeliaran pasukan Al Shabab yang juga tidak kenal ampun. Mereka memerkosa, merampok, menculik anak-anak remaja untuk berperang, dan memblokade jalur bantuan pangan. Di tengah kesulitan seperti itu, faksi tertentu di dalam Al Shabab mengintimidasi warga agar membayar ”pajak”.

Al Shabab tidak peduli kalau warganya kini didera kelaparan akibat kemarau panjang yang terjadi sejak awal tahun lalu. Mereka juga tidak peduli kalau banyak anak menderita gizi buruk atau sakit. Aktivitas mereka adalah mencegah distribusi logistik (pangan dan obat-obatan) hasil bantuan komunitas internasional lewat badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tentara Kenya menyalahkan Al Shabab. Ketimbang berperang melawan para militan, tentara lalu terfokus pada pengiriman bantuan ke daerah yang paling membutuhkan, tetapi daerah itu masih dalam pengawasan Al Shabab. Meski tentara Kenya sadar upaya kemanusiaan itu bisa saja dinilai salah sebagai bentuk ”penjajahan” baru.

Brigadir Jenderal Johnson Ondieki, Kepala Angkatan Darat Kenya di Somalia, mengatakan, prioritas militer adalah melindungi warga yang membutuhkan bantuan. Militer ingin memastikan bahwa Al Shabab tidak akan kembali ke daerah-daerah yang telah diamankan oleh pasukan Kenya.

”Waktu tidaklah penting bagi kami. Hal terpenting ialah bagaimana kami melakukan dengan baik agar bisa mengamankan daerah yang telah bebas dari Al Shabab,” kata Ondieki.

Sejumlah daerah di Somalia kini dalam kendali Al Shabab. Afmadow, kota terbesar kedua di Somalia, telah dikuasai Al Shabab, yang bulan lalu telah mengumumkan resmi sebagai bagian dari jaringan Al Qaeda. Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu (22/2), menambah pasukan penjaga perdamaian Somalia menjadi 17.000 orang. Pasukan Uni Afrika sudah ada 12.000 orang, dan akan ditambah menjadi 17.731 orang. (AP/AFP/CAL)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com