Kunjungan Xi tersebut dilakukan setelah China dan Rusia menyebabkan kekhawatiran internasional, termasuk Turki, ketika kedua negara itu memveto resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengutuk cara Damaskus menekan para pemrotes di Suriah.
Sebelum calon presiden China itu tiba, sekitar 100 aktivis dari suku minoritas Uighur membakar bendara di dekat hotel tempat Xi menginap di pusat kota Ankara.
Para demonstran membakar bendera China dan meneriakkan slogan-slogan yang menentang perlakuan Beijing terhadap suku Uighur. Suku Uighur yang memeluk agama Islam itu berbahasa Turki dan berkebudayaan lebih dekat ke Asia Tengah ketimbang kebudayaan China.
Suku bangsa yang tinggal di Xinjiang itu beberapa kali bentrok dengan polisi. Para demonstran langsung dihalau polisi Turki agar menjauh dari hotel tempat Xi menginap.
Turki yang sebagian besar penduduknya beragama Islam itu terkait erat dengan komunitas Uighur di China. Ankara menerima penguasaan China atas Xinjiang. Namun, Ankara juga memprotes keras cara China dalam menyelesaikan kerusuhan di kawasan tersebut yang terjadi pada tahun 2009. Ketika itu, Ankara menyebutkan cara tersebut sangat kejam.