Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Menggertak Uni Eropa

Kompas.com - 21/02/2012, 08:37 WIB

SINGAPURA, SENIN - Pengumuman penghentian ekspor minyak dari Iran ke Perancis dan Inggris langsung memicu kenaikan harga minyak dunia. Langkah Iran itu dipandang sebagai gertakan kepada Uni Eropa, yang sebagian anggotanya sangat bergantung pada minyak Iran.

Dua patokan harga minyak dunia, yakni Brent dan West Texas Intermediate (WTI), langsung melonjak dan mencatat rekor tertinggi dalam delapan bulan terakhir pada perdagangan di Asia, Senin (20/2).

Harga minyak mentah Brent naik 1,52 dollar AS menjadi 121,1 dollar AS per barrel untuk kontrak pengiriman bulan April. Harga kontrak pengiriman bulan Maret untuk minyak WTI sempat menyentuh angka 105,21 dollar AS per barrel sebelum turun menjadi 104,96 dollar AS per barrel pada sore hari waktu Singapura.

Pengamat pasar mengatakan, lonjakan itu antara lain dipicu pernyataan Kementerian Perminyakan Iran, Minggu (19/2), yang menyatakan, Iran telah menghentikan ekspor minyak ke perusahaan-perusahaan Perancis dan Inggris.

”Harga minyak pada perdagangan pekan ini dimulai dengan rekor tertinggi dalam delapan bulan terakhir setelah Iran melanjutkan petualangan politiknya,” tutur Justin Harper, kepala riset IG Markets, Singapura.

Penghentian ekspor minyak Iran tak akan berdampak serius terhadap pasokan minyak ke dua negara utama Uni Eropa (UE) itu. Dua perusahaan minyak, yakni Total dari Perancis dan Shell dari Inggris, sempat menjadi pembeli utama minyak Iran.

Akan tetapi, Total sudah berhenti membeli minyak dari Iran, dan Shell telah menurunkan drastis volume pembeliannya. Data UE, yang dikutip kantor berita Reuters, menunjukkan, pada kuartal III-2011 Inggris sudah berhenti mengimpor minyak dari Iran, sedangkan Perancis masih mengimpor 75.000 barrel per hari, atau hanya enam persen dari total impor minyak mentah Perancis.

Pengumuman penghentian ekspor minyak Iran itu lebih dipandang sebagai gertakan terhadap negara-negara anggota UE lain, seperti Italia, Spanyol, dan Yunani, yang mengimpor lebih banyak minyak dari Iran.

Iran ingin menunjukkan kepada negara-negara itu konsekuensi yang harus mereka tanggung setelah menyetujui sanksi embargo terhadap penjualan minyak Iran. Embargo minyak oleh UE, yang disetujui Januari lalu, akan mulai diberlakukan 1 Juli mendatang.

Meski demikian, Komisi Eropa menegaskan, UE tak akan kekurangan minyak jika Iran menghentikan ekspornya ke seluruh negara anggota UE sekarang karena UE masih menyimpan cadangan minyak yang cukup untuk memenuhi kebutuhan semua anggotanya sampai 120 hari.

Faktor China

China, salah satu pembeli terbesar minyak Iran, mengkritik langkah Iran menghentikan ekspor ke Inggris dan Perancis, yang memicu kenaikan harga minyak, tersebut. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei, mengatakan, China tak setuju dengan penerapan tekanan atau cara-cara konfrontasi lain untuk menyelesaikan perselisihan antara Iran dan Barat terkait program nuklir Iran.

Namun, kenaikan harga minyak itu diduga tak hanya dipicu ulah Iran, tetapi juga bentuk reaksi pasar atas keputusan China menambah jumlah uang yang beredar di pasaran untuk mendorong pinjaman dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Prospek kenaikan harga minyak ini memicu JP Morgan merevisi prediksi harga minyak Brent, dari sebelumnya 120 dollar AS per barrel menjadi 135 dollar AS per barrel.

Pengamat ekonomi dari UGM Yogyakarta, Tony Prasetiantono, mengatakan, kondisi ini tak terelakkan karena lonjakan permintaan minyak dunia tak diimbangi suplai yang cukup. Pada posisi harga 120 dollar AS per barrel, APBN Indonesia sudah akan terkuras untuk subsidi bahan bakar minyak. (Reuters/AFP/AP/DHF/IDR)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com