Beijing, Minggu
Radio Voice of Tibet yang berbasis di Oslo, Norwegia, Sabtu, memberitakan, lebih dari 20 petugas kepolisian menjemput Gangkye Drubpa Kyab (33) dari rumahnya di daerah Serthar, Rabu malam, dan hingga kini dia belum dibebaskan. Radio itu, yang mengutip seorang politisi Tibet dalam pengasingan, mengatakan bahwa ketika istrinya menanyakan surat perintah penangkapan, polisi mengatakan kepadanya bahwa mereka ingin berbicara dengan suaminya.
Berita itu juga diudarakan oleh Radio Free Asia yang berbasis di Amerika Serikat, Minggu.
Sejumlah penulis, penyanyi, dan seniman yang mempromosikan kebudayaan serta identitas nasional bangsa Tibet kerap ditahan oleh pihak berwenang China, terutama setelah rentetan demonstrasi terhadap pemerintahan China tahun 2008, kata Radio Free Asia.
Polisi dan pejabat pemerintah di Serthar dan Ganzi, prefektur di Provinsi Sichuan yang mengurus Serthar, tidak bisa dihubungi melalui telepon atau mengatakan bahwa mereka belum mendengar mengenai kasus itu.
Dalam pekan-pekan terakhir, protes terhadap pemerintahan China telah meningkat. Lebih dari 20 orang Tibet secara terpisah membakar diri untuk memprotes kontrol terhadap biara-biara Buddhis, yang sejak lama merupakan pusat protes anti-Pemerintah China.
Sebagai balasan, pasukan kemanan semakin memperketat kontrol dan meningkatkan penangkapan. Human Rights Watch pekan lalu mengatakan, pihak berwenang China telah menahan ratusan orang Tibet yang baru-baru ini kembali dari kunjungan ke India untuk mendengarkan ajaran Dalai Lama, pemimpin spiritual mereka yang berada dalam pengasingan.
Di Serthar, yang juga dikenal sebagai Seda, demonstran Tibet bentrok dengan pasukan keamanan bulan lalu, menyebabkan sedikitnya dua orang Tibet tewas. Pemerintah mengatakan, demonstran menyerang sebuah kantor polisi.