Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran-Israel Adu Otot di Mancanegara

Kompas.com - 19/02/2012, 06:11 WIB

Oleh Musthafa Abd Rahman

Serangkaian teror bom di Kedubes Israel di India, Georgia, dan warga Israel di Thailand terjadi pekan ini, mengingatkan kembali perang Israel-Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dekade 1970-an dan 1980-an dalam bentuk saling membunuh tokoh atau warga Israel dan Palestina di luar negeri.

Serangan di kota Munich di Jerman saat olimpiade tahun 1972 dilakukan gerilyawan PLO terhadap sejumlah atletik Israel. Ada percobaan pembunuhan Dubes Israel di London, Shlomo Argov, tahun 1982 oleh aktivis PLO. Percobaan pembunuhan itu menyebabkan Israel melancarkan invasi ke berbagai sasaran PLO di Lebanon pada tahun itu pula sebagai aksi balasan.

Sebaliknya, Israel berhasil membunuh Abu Jihad (orang kedua di PLO setelah Yasser Arafat) di Tunisia tahun 1988 karena diduga kuat Abu Jihad sebagai arsitek meletupnya intifada di Tepi Barat dan Jalur Gaza pada tahun itu. Israel juga berhasil membunuh salah seorang tokoh PLO, Abu Iyad, di Tunisia tahun 1990.

Pada tahun 1992, serangan bom menghantam gedung Kedubes Israel di Buenos Aires, Argentina yang menewaskan 29 orang dan melukai 242 orang lainnya. Jihad Islami saat itu menyatakan bertanggung jawab atas pengeboman Kedubes Israel di Argentina itu.

Israel saat itu menuduh Hezbollah yang didukung Iran membiayai operasi pengeboman Kedubes Israel itu. Mossad (dinas intelijen luar negeri Israel) lalu membunuh Pemimpin Jihad Islami Palestina, Fathi Shaqaqi, di Malta pada tahun 1995 sebagai balasan terhadap aksi pengeboman Kedubes Israel di Argentina. Israel kemudian melakukan upaya percobaan pembunuhan yang gagal terhadap kepala biro politik Hamas, Khaled Meshaal, di Amman, Jordania, tahun 1997.

 

Selama 10 tahun terakhir ini, operasi pembunuhan dan penyerangan terhadap sasaran Israel dan Palestina di luar negeri mengalami penurunan tajam.

Akan tetapi, dalam dua tahun terakhir ini, tiba-tiba dikejutkan oleh serangkaian aksi pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir Iran di ibu kota Teheran seiring dengan eskalasi konflik Iran-Barat soal program nuklir negara para Mullah itu.

Israel juga membunuh tokoh Hamas, Mahmud Mabhuh, di Dubai tahun 2010. Mabhuh diduga arsitek penyelundupan senjata dari Iran ke Jalur Gaza.

Ilmuwan nuklir Iran yang tewas, Masoud Ali Mohammadi (tewas pada 12 Januari 2010), dan Manouchehr Shahryari (tewas pada 29 November 2010), Majid Shariyari dan Massoud Ali Mohammadi (50) yang tewas pada Januari 2011.

Ada pula upaya percobaan pembunuhan yang gagal terhadap ilmuwan nuklir Iran, Abbasi Davani. Davani kini menjabat kepala lembaga tenaga atom Iran, menggantikan Ali Akbar Salehi yang ditunjuk sebagai menteri luar negeri.

Ilmuwan nuklir Iran, Shahram Amiri, sempat diculik AS ketika menjalankan ibadah umrah di Mekkah, Arab Saudi, Juli 2009. Namun, ia dibebaskan Juli tahun lalu. Aksi pembunuhan terbaru adalah terhadap ilmuwan nuklir Iran, Mustafa Ahmadi Rushan, 12 Januari lalu, di ibu kota Teheran.

Para pejabat Iran selama ini selalu menuduh Barat dan Israel berada di balik pembunuhan para ilmuwan nuklirnya itu. Bahkan, publik Iran kini menuntut segera dilancarkan serangan balasan terhadap tewasnya para ilmuwan nuklir negara itu.

Tuduhan para pejabat Iran secara tak langsung dibenarkan laporan harian AS, The Los Angeles Times edisi awal Desember tahun lalu. Ledakan di barak militer Iran dekat kota Teheran bulan November 2011 adalah bagian dari perang bawah tanah yang dilancarkan AS dan Israel terhadap Iran saat ini. Perang tersebut dalam upaya melumpuhkan program nuklir dan rudal balistik Iran. ”Ini semacam bentuk perang abad ke-21,” kata Patrick Clawson, direktur seksi inisiatif keamanan Iran di institut The Washington untuk kebijakan Timur Dekat.

Ledakan itu terjadi di barak pasukan elite pengawal revolusi pada 12 November tahun lalu yang menghancurkan sebagian besar gedung barak tersebut dan membawa korban 17 orang tewas, termasuk penggagas program rudal balistik Iran, Jenderal Hassan Tehrani Moghaddam.

Mengganggu tetangga

Pemerintah Israel terakhir ini juga mulai mengakui secara tak langsung keterlibatan dalam pembunuhan ilmuwan nuklir Iran itu. Sejumlah pejabat Israel mengungkapkan, Israel berhasil bekerja sama dengan satuan pasukan Jundullah untuk mengganggu keamanan Iran. Pasukan Jundullah adalah satuan pasukan dari kelompok minoritas Sunni yang beroposisi dan melakukan aktivitas militernya dekat perbatasan dengan Pakistan dan Afganistan.

Dalam konteks atmosfer psikologis publik dan Pemerintah Iran yang dihinggapi perasaan emosional itu, mudah diduga siapa dibalik serangkaian teror bom di Kedubes Israel di India, Georgia, dan Thailand.

Polisi Thailand mengatakan, lempeng magnetik yang ditemukan di lokasi ledakan di Bangkok persis sama dengan yang ditemukan di New Delhi dan di Tbilisi, Georgia. Orang awam pun akan langsung menduga bahwa musuh-musuh politik Israel yang berada di balik serangkaian teror bom itu. Musuh politik Israel itu kini adalah Iran, Hezbollah, dan kelompok Palestina radikal.

PM Israel Benjamin Netanyahu dan Michael Herzog, mantan Kepala Staf Menhan Israel Ehud Barak, serta pejabat Israel segera menuduh Iran dan loyalisnya berada di balik serangan terhadap sasaran kepentingan Israel di India, Georgia, dan Thailand.

Tuduhan Israel itu kebetulan didukung kenyataan bahwa serangkaian serangan itu terjadi bersamaan dengan peringatan atas kematian dua tokoh militer Hezbollah, Imad Mughniyeh dan Abbas Mussawi. Mughniyeh tewas akibat ledakan bom mobil di Damaskus pada 12 Februari 2008, dan Mussawi, sekretaris jenderal kelompok itu, tewas oleh peluru kendali Israel pada 16 Februari 1992.

Imad Mughniyeh bukan orang biasa, tetapi ia adalah arsitek di balik penculikan dan penyanderaan tentara Israel di Lebanon. Ulah Mughniyeh itu yang mendorong Israel melancarkan serangan ke Lebanon pada Juli 2006.

Aksi serangan serupa, seperti terhadap sasaran kepentingan Israel di India, Georgia, dan Thailand, mungkin akan terus berlanjut di masa mendatang, bahkan dalam bentuk serangan lebih besar jika tidak segera tercapai semacam kesepahaman tak tertulis antara Israel dan Iran untuk menghentikan aksi saling menyerang.

Salah satu syarat bisa tercapai semacam kesepahaman seperti itu adalah Israel dan Barat harus menghentikan aksi pembunuhan terhadap ilmuwan nuklir Iran. Jika kedua pihak gagal mencapai kesepahaman semacam itu, yang akan terjadi adalah bencana karena kedua pihak sama-sama memiliki potensi besar untuk melaksanakan aksi saling menyerang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com