Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Barat dan Arab Terperangah

Kompas.com - 07/02/2012, 07:26 WIB

KAIRO, KOMPAS.com — Liga Arab, sejumlah negara Barat, dan kubu oposisi Suriah tampak terperangah dan bahkan panik menghadapi manuver Rusia dan China. Dua negara ini menggunakan hak veto dalam menggagalkan rancangan resolusi Dewan Keamanan PBB yang diajukan Maroko, Sabtu (4/2/2012) malam.

Maroko, satu-satunya negara dari dunia Arab yang menjadi anggota Dewan Keamanan PBB saat ini, mengajukan rancangan resolusi DK PBB yang disusun Liga Arab bersama Uni Eropa.

Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton hanya bisa mengatakan, Rusia dan China akan menjadi pihak yang bertanggung jawab soal keadaan di Suriah. Adalah sesuatu yang jarang terjadi sebuah resolusi DK PBB mengalami jalan buntu, apalagi jika itu terkait keinginan atau ambisi AS.

AS dan Perancis bergerak di luar payung PBB untuk menekan rezim Presiden Bashar al Assad, penguasa Suriah. Liga Arab masih bingung untuk mengambil sikap dan menunggu sidang Liga Arab tingkat menlu pada pekan depan di Kairo.

Adapun kubu oposisi Suriah berniat menggunakan forum Majelis Umum PBB untuk menekan rezim Presiden Assad.

Liga Arab yang sangat menaruh harapan akan lolosnya rancangan resolusi tidak memiliki jalan alternatif setelah upaya yang gagal di DK PBB itu.

Menurut Sekjen Liga Arab Nabil al Arabi, sidang Liga Arab tingkat menlu akan digelar pada 11 Februari di kota Kairo untuk membahas isu Suriah dari segala aspeknya.

Nabil al Arabi saat ini hanya bisa menegaskan, Liga Arab akan terus berusaha bekerja sama dengan otoritas Suriah dan kubu oposisi untuk menghentikan aksi kekerasan di negara itu. Namun, Al Arabi mengungkapkan, Liga Arab kemungkinan akan mengajukan rancangan resolusi baru ke forum DK PBB.

Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang selama ini menjadi mesin penggerak Liga Arab juga tampak tak siap menghadapi kegagalan rancangan resolusi Liga Arab-Eropa di DK PBB. Menlu Kesultanan Oman Yusuf bin Alawi mengungkapkan, GCC akan menggelar sidang khusus hari Sabtu mendatang untuk membahas isu Suriah.

Usulkan pengusiran dubes

Sejauh ini hanya Tunisia satu-satunya negara Arab yang sudah mengambil tindakan tegas terhadap rezim Presiden Bashar al Assad.

Kantor Kepresidenan Tunisia menegaskan, Tunisia mulai melakukan prosedur pengusiran dubes Suriah dari Tunisia dan pencabutan pengakuan terhadap rezim Presiden Bashar al Assad.

Presiden Tunisia Moncef Marzuki mengatakan, solusi Suriah adalah Presiden Bashar al Assad harus hengkang.

PM Tunisia Hamadi el Jebali menyerukan agar menggusur dubes-dubes Suriah dari negara-negara Arab. Ia mengecam keras tindakan Rusia dan China menggunakan dua kali hak veto untuk menggagalkan rancangan resolusi DK PBB yang dirancang bersama Liga Arab-Uni Eropa.

Dalam konteks internasional, Menlu AS Hillary Clinton menyerukan agar dibentuk koalisi internasional di luar konteks payung PBB yang terdiri dari negara-negara sahabat rakyat Suriah untuk mendukung konsep perubahan di Suriah melalui proses politik secara damai. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy menyatakan mendukung seruan Menlu Clinton itu.

Menurut Clinton, kelompok komunikasi para sahabat Suriah itu mirip dengan kelompok komunikasi sahabat rakyat Libya yang berandil menumbangkan rezim Moammar Khadafy.

Dewan Nasional Suriah (SNC) juga menyatakan berniat meminta Majelis Umum PBB mengeluarkan keputusan internasional yang mendukung rakyat Suriah serta mendukung pembentukan kelompok komunikasi internasional untuk membantu perjuangan rakyat Suriah serta mengucilkan rezim Presiden Assad.

Menurut pengamat politik asal Palestina, Abdel Bari Atawan, tindakan Rusia dan China menggunakan hak vetonya bukan disebabkan faktor ekonomi. Suriah bukan negara minyak dan tidak memiliki aset miliaran dollar AS di luar negeri. China dan Rusia hanya ingin menghentikan hegemoni Barat dan ingin membangun peta kekuatan baru yang lebih berimbang di pentas internasional.

Menurut Atawan, Rusia dan China tidak membela rezim Presiden Assad, tetapi lebih ingin membangun etika politik agar tidak terjadi kesewenang-wenangan di kancah internasional. Kesempatan untuk ini tampak semakin terbuka seiring dengan kekuatan ekonomi Rusia dan China yang terus meningkat. Sebaliknya, ekonomi AS dan Eropa semakin susah. (MTH)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com