Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eropa Dilanda Cuaca Dingin Ekstrem

Kompas.com - 04/02/2012, 03:35 WIB

KIEV, JUMAT - Jumlah korban tewas akibat cuaca dingin ekstrem di kawasan Eropa dalam sepekan terakhir melonjak menjadi lebih dari 200 orang. Kebanyakan dari mereka yang tewas adalah warga miskin atau penduduk pedesaan yang tinggal di rumah tanpa sistem pemanas yang memadai.

Tidak sedikit dari penduduk desa ditemukan tewas dalam keadaan membeku di pinggir jalan atau di dalam rumah mereka, yang tak memiliki sistem pemanas atau menggunakan mesin pemanas berteknologi lama, era bekas negara Uni Soviet.

Selain itu, sejak Kamis dilaporkan, jalur transportasi  menuju wilayah pedesaan terputus lantaran salju tebal. Akibatnya, ribuan orang terperangkap dan tidak bisa mengungsi.

Kondisi tersebut terjadi, antara lain, di Serbia. Diperkirakan, sedikitnya 11.000 orang terperangkap di desa-desa yang berlokasi di kawasan pegunungan.

Selain melumpuhkan transportasi dan memutus jalan, salju tebal memaksa ratusan sekolah di Bulgaria dan Polandia ditutup dan diliburkan.

Dari Ceko dilaporkan, hanya dalam waktu semalam temperatur udara anjlok menjadi minus 38 derajat celsius.

Temperatur rata-rata yang tercatat di sejumlah negara memang turun drastis dari suhu rata-rata bulan Februari. Pada siang hari saja, suhu rata-rata antara minus 16 dan minus 21 derajat celsius. sedangkan pada malam hari mencapai minus 25 hingga minus 30 derajat celsius.

Lebih lanjut, Kementerian Darurat Ukraina melaporkan, jumlah korban tewas akibat cuaca ekstrem di sana bahkan sudah mencapai 101 orang. Jumlah tersebut melonjak tajam dari catatan sebelumnya yang mencapai 63 orang.

Dari total korban tewas tadi diketahui 64 orang dari mereka tewas kedinginan di jalan. Otoritas terkait mengaku khawatir jumlah korban tewas masih bisa bertambah. Apalagi, mengingat sekitar 1.600 orang masih dalam perawatan lantaran menderita hipotermia dan radang dingin (frosbite).

Dilaporkan pula jumlah korban tewas akibat cuaca dingin di beberapa negara, antara lain Polandia mencapai 37 orang, Bulgaria mencapai 16 orang, dan di Italia tercatat tiga orang. Seperti juga di wilayah lain, angka tersebut dicemaskan masih bisa terus bertambah.

Lokasi penampungan

Warga miskin dan para gelandangan diketahui banyak menjadi kalangan yang paling menderita akibat kondisi cuaca ekstrem seperti ini. Kondisi itu dibenarkan Federasi Internasional Palang Merah (IFRC) dan Masyarakat Bulan Sabit Merah.

”Para tunawisma menjadi pihak yang sangat rentan lantaran mereka tidak pernah mengikuti informasi perkiraan cuaca dan mereka tidak punya tempat memadai untuk berlindung dari cuaca dingin,” ujar Zlatko Kovac dari IFRC perwakilan Belarusia dan Ukraina.

Untuk itulah kemudian lembaga-lembaga kemanusiaan ini ikut mendirikan tempat-tempat penampungan dengan pemanas, sekaligus juga memberikan makanan hangat, selimut, dan pakaian dingin.

Menurut Kovac, organisasinya mengeluarkan anggaran sebesar 100.000 euro dari dana darurat penanggulangan bencana.

Banjir di Australia

Cuaca ekstrem lain yang memicu bencana alam juga terjadi di Australia, terutama di bagian timur negeri itu, seperti sebagian New South Wales dan Queensland.

Banjir bandang yang terjadi mengakibatkan lebih dari 11.000 orang terisolasi dan ribuan lainnya terpaksa dievakuasi dan mengungsi ke wilayah lain yang lebih aman.

Mereka yang terperangkap lantaran akses jalan menuju kawasan tempat tinggal mereka terputus. Angkatan Bersenjata Australia mengerahkan sejumlah pesawat angkut militer untuk mengedrop bantuan.

Sementara itu, kepala Negara Bagian Queensland, Anna Bligh, memastikan telah mengevakuasi 200 warganya dari amukan banjir.

Tahun lalu, banjir besar di negara bagian itu menelan 35 orang tewas dan juga merusak panen, infrastruktur, serta menghancurkan produksi tambang batubara di sana.(AFP/AP/REUTERS/BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com