Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Duch Divonis Seumur Hidup

Kompas.com - 04/02/2012, 03:32 WIB

PHNOM PENH, JUMAT - Pengadilan kejahatan genosida Kamboja yang didukung PBB, Jumat (3/2), menolak banding yang diajukan mantan kepala penjara sekaligus lokasi penyiksaan Khmer Merah, Kaing Guek Eav atau lebih populer disebut Duch.

Pihak pengadilan bahkan malah menaikkan vonis hukuman Duch menjadi hukuman penjara seumur hidup. Dia mulai menjalani hukumannya pada Juli 2010, dengan vonis 35 tahun setelah terbukti melakukan kejahatan atas kemanusiaan seperti dituduhkan.

Vonis yang dibacakan tersebut bersifat final dan tidak bisa lagi diajukan dalam bentuk banding.

Duch dikenal sebagai tokoh Khmer Merah pertama yang diadili di Kamboja. Pada Maret 2011, Duch mengajukan banding lantaran menganggap perannya ketika itu hanya sebagai seorang bawahan yang harus mengikuti perintah atasan. Jika tidak, dia berkilah, nyawanya juga terancam.

Saat Khmer Merah berkuasa dan membantai warga Kamboja, Duch berperan menjadi kepala penjara sekaligus tempat penyiksaan S-21, atau lebih terkenal dengan sebutan Tuol Sleng. Sedikitnya 15.000 pria-wanita, dewasa dan anak-anak, disiksa dan dieksekusi mati di lokasi bangunan yang sebelumnya gedung sekolah itu.

Jasad para korban kemudian dikuburkan secara massal di sebuah lokasi di luar Phnom Penh, yang kemudian terkenal dengan sebutan ”Ladang Pembunuhan”. Mereka yang ditangkap dan dibunuh Khmer Merah adalah orang-orang yang dianggap musuh dan penentang revolusi.

”Kejahatan yang dilakukan Kaing Guek Eav tak dapat dibantah lagi adalah kejahatan terburuk sepanjang sejarah kemanusiaan di dunia ini. Untuk itu, dia pantas menerima hukuman tertinggi yang ada,” ujar Hakim Kong Srim.

Sementara pihak jaksa penuntut, Chea Leang, mengaku puas dan menyatakan setelah lebih dari 30 tahun keadilan akhirnya ditegakkan bagi para keluarga korban kekejaman Khmer Merah.

Saat vonis dibacakan, Duch hanya berdiri dan tampak tidak menunjukkan emosi. Dia kemudian merapatkan kedua telapak tangannya di depan dada untuk menunjukkan penghormatan kepada hakim sebelum keluar ruang sidang dengan pengawalan.

Sementara itu, ratusan korban yang masih hidup berkumpul di pengadilan untuk mengikuti dan mendengarkan langsung pembacaan keputusan.

Selama empat tahun di tahun 1970-an rezim Khmer Merah dipimpin Pol Pot berupaya membangun masyarakat komunis idealnya di Kamboja dengan memaksa rakyat negeri itu bekerja sebagai petani di desa-desa dan membunuhi kaum intelektual dan kelas menengah karena menganggap mereka sebagai musuh negara.

Sedikitnya dua juta orang atau sepertiga populasi Kamboja ketika itu dilaporkan tewas akibat kekejaman Khmer Merah. Mereka tewas setelah terlebih dahulu disiksa atau kelaparan atau kelelahan akibat kerja paksa.(BBC/DWA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com