Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yunani Ganggu Rupiah

Kompas.com - 03/02/2012, 10:23 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mata uang rupiah pada Jumat pagi kembali bergerak melemah 60 poin terhadap dollar AS. Hal itu dipicu oleh pelaku pasar global yang masih khawatir atas risiko gagal bayar utang Yunani.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta pada Jumat pagi bergerak melemah 60 poin ke posisi Rp 8.990 dibandingkan dengan sebelumnya Rp 8.930 per dollar AS. "Rupiah berbalik melemah terhadap dolar AS seiring kembali munculnya kekhawatiran atas risiko default (gagal bayar) Yunani," kata analis Monex Investindo Futures, Johanes Ginting, di Jakarta, Jumat (3/2/2012).

Sebelumnya, kata dia, sentimen positif dari Eropa mendorong penguatan rupiah, Kamis kemarin. Data manufaktur di kawasan Eropa menunjukkan pertumbuhan yang di atas perkiraan.

Meski demikian, lanjut dia, risiko gagal bayar utang Yunani pada 20 Maret mendatang masih membayangi, sementara Portugal juga berisiko menjadi negara berikutnya. "Diharapkan ada kemajuan dalam negosiasi utang Yunani untuk menghindari default sehingga akan berdampak lebih signifikan dalam waktu dekat. Kuatnya permintaan pada lelang obligasi Perancis dan Spanyol hanya berdampak kecil," tuturnya.
    
Ia menambahkan, kecemasan pertumbuhan global juga menjadi katalis sentimen terhadap aset berisiko di pasar negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Ia mengatakan, karena kondisi global yang tidak menentu, pelaku pasar juga banyak mengalihkan asetnya dalam bentuk emas dikarenakan mempunyai fundamental kuat.

Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, menambahkan, pelaku pasar global masih menunggu keputusan para kreditur Yunani dan membaiknya data ekonomi AS mendorong dollar AS kembali menguat. "Gubernur the Fed AS mengemukakan, adanya perbaikan di pasar tenaga kerja dan produksi AS, tetapi tetap memperingatkan ketidakpastian terhadap outlook mendatang. Kesepakatan antara Yunani dan krediturnya untuk restrukturisasi utangnya pada akhir minggu ini ditunggu pelaku pasar," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com