Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di Davos, Kapitalisme Digugat

Kompas.com - 29/01/2012, 03:38 WIB

DAVOS, sabtu - Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum), hingga pada pertemuan Sabtu (28/1), di Davos, Swiss, didominasi cercaan terhadap kapitalisme liberal Barat. Sistem ini dianggap sudah usang, tidak sesuai dengan zaman, dan hanya melindas kaum terpinggirkan.

Tuntutan reformasi dan perubahan sistem mengemuka di forum. Ini seiring dengan fakta bahwa zona euro dan Amerika Serikat, markas kapitalisme Barat, justru tergerogoti. Daya tarik dan kebesaran masa lalu memudar karena sistem yang kini dianggap lebih menyengsarakan itu.

Dr Nouriel Roubini, yang dijuluki ”Dr Kiamat” karena berhasil meramalkan krisis besar 2008 di AS, tak ketinggalan menuntut perubahan kebijakan di AS dan Eropa. Ekonom lulusan Universitas Harvard ini mengatakan tidak melihat ujung krisis ekonomi hingga akhir dekade 2010-an jika AS dan Eropa tidak menyadari kawasan mereka sedang menuntut perubahan paradigma baru ekonomi baru.

Semua opini itu didasarkan pada dugaan bahwa kapitalisme, julukan bagi sistem yang memberikan keleluasaan dan kebebasan tiada tara bagi korporasi swasta memaksimalkan untung tanpa regulasi, telah melumpuhkan fabrikasi sosial.

Di AS dan Eropa yang sedang menghadapi krisis utang, sistem kapitalisme dianggap telah menyengsarakan 99 persen warga, tetapi memakmurkan segelintir atau hanya 1 persen warganya.

Buka baju

Atas kenyataan itu, sejumlah elite, pemikir, hingga aktivis amat mewarnai pertemuan di Davos. Tiga wanita Ukraina membuka baju mereka pada bagian atas badan di depan pertemuan tersebut. Ketiga perempuan Ukraina dari kelompok Femen ini sudah terkenal di negara mereka dan di luar negeri.

Aksi Femen dari gerakan global bernama Occupy. Mereka menuntut perombakan sistem kapitalisme yang tidak saja meningkatkan ketimpangan, tetapi juga meruntuhkan fabrikasi sosial.

Para eksekutif dan elite pemerintahan dan korporasi global pun sepakat tentang perlunya perubahan sistem kapitalisme atau setidaknya modifikasi terhadap sistem kapitalisme liberal Barat yang tidak mampu menghadapi kapitalisme negara ala China dan Rusia.

Oleh karena itu, topik-topik pertemuan di Davos kali ini juga diwarnai pertanyaan dan tuntutan perombakan pada sistem kapitalisme, seperti ”apakah kapitalisme abad ke-20 menghadapi kegagalan di abad ke-21?”, ”memperbaiki kapitalisme”, dan ”apakah globalisasi telah mencapai batas kemampuan ekonomi dan politik?”.

Klaus Schwab, pendiri dan penyelenggara Forum Ekonomi Dunia, mengatakan, pertemuan kali ini memang fokus pada pembahasan pembentukan sistem baru karena kapitalisme dalam bentuk sekarang tidak lagi memiliki tempat.

Perusahaan konsultan keuangan dunia PricewaterhouseCoopers (PwC) melakukan survei terhadap 1.258 bos korporasi global. Kesimpulannya memperlihatkan, mereka tak optimistis dengan dunia di masa mendatang. ”Para eksekutif puncak tidak optimistis,” kata Dennis Nally, pemimpin PwC International.

David Rubenstein, salah seorang pendiri dan Direktur Pelaksana Carlyle Group—perusahaan pengelola dana investasi— juga menekankan perlunya perombakan sistem lama yang disebut kapitalisme liberal.

”Namun, bahaya dunia sekarang ini adalah para pemimpin politik terkulai,” kata Schwab. Dengan kata lain, pemerintah tidak sadar atau tidak mampu alias invalid mengatasi keadaan.

Roubini mengatakan, jika Eropa dan AS tak sadar dan tak tahu beratnya beban, jika mereka tidak menyadari masalah, ”Kita tetap menghadapi kemelut akibat krisis, yang akan mengganggu kehidupan banyak warga.”

(AP/AFP/REUTERS/MON)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com