Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PM Papua Nugini Diultimatum Mundur

Kompas.com - 26/01/2012, 11:43 WIB

PORT MORESBY, KOMPAS.com - Perdana Menteri Papua Nugini Peter O'Neill diberi waktu tujuh hari untuk mengundurkan diri agar pendahulunya, Sir Michael Somare menduduki jabatan tersebut.

Tuntutan itu diajukan oleh Yaura Sasa, pensiunan kolonel, yang memproklamasikan diri sebagai pemimpin baru Angkatan Bersenjata Papua Nugini (PNGDF) di Port Moresby, Kamis (26/1/2012). Sasa mengancam militer akan bertindak bila O'Neill tidak mundur dan Somare tidak dikembalikan ke posisinya sebagai PM, seperti yang diperintahkan Mahkamah Agung bulan lalu.

"Baik Sir Michael Somare maupun O'Neil memiliki waktu tujuh hari untuk melaksanakan perintah Mahkamah Agung untuk menyelesaikan kebuntuan politik yang terjadi saat ini atau saya akan terpaksa mengambil tindakan untuk menjunjung tinggi integritas Konstitusi," papar Sasa dalam konferensi pers di Port Moresby, ibukota Papua Nugini.

Diberitakan sebelumnya, sekitar 12 hingga 20 tentara melumpuhkan para penjaga di Taurama Barrack di Port Moresby, Kamis (26/1/2012) dini hari, ABC melaporkan. Para tentara pemberontak itu kemudian bergerak untuk menguasai markas besar militer di Murray Barracks dan menjadikan Panglima PNGDF Brigadir Jenderal Francis Agwi sebagai tahanan rumah.

Yaura Sasa, yang menjabat sebagai atase pertahanan Papua Nugini di Indonesia pada 2003 sebelum pensiun dari militer, mengatakan dia ditunjuk secara resmi sebagai panglima baru militer oleh Somare. Sasa juga membantah pemberitaan media lokal yang menyebut Francis Agwi "dikurung" atau  ataupun menjadi tahanan rumah.

Belum ada pernyataan resmi dari Somare tentang hal itu. Namun putrinya, Betha Somare, menyatakan hal senada. Melalui pesan singkat kepada para wartawan, Betha Somare mengatakan Somare memutuskan untuk mengangkat Sasa sebagai panglima militer untuk menggantikan Francis Agwi. "Keputusan diambil oleh kabinet Somare bahwa Kolonel Yaurra Sasa memimpin PNGDF," tulis Betha Somare, seperti dilansir AAP.

Seorang perwira di Murray Barracks mengatakan gerbang markas besar militer itu dikunci untuk mencegah kedatangan PM Peter O'Neill dan tentara yang loyal padanya.

Ultimatum tujuh hari untuk mengembalikan Somare ke kursi perdana menteri itu juga ditujukan pada 109 anggota parlemen. Lebih dari 68 dari 109 anggota parlemen memilih O'Neill dalam beberapa kali pemungutan suara. O'Neill menjanjikan pendidikan dan layanan kesehatan gratis pada rakyatnya.

Sementara itu kepolisian menyatakan memonitor situasi. Menurut juru bicara kepolisian, Dominic Kakas, pengikut Sasa diperkirakan antara 20 hingga 100 tentara.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com