Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebijakan BBM Terkesan Coba-coba

Kompas.com - 25/01/2012, 08:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kebijakan pemerintah tentang pengaturan bahan bakar minyak bersubsidi belum jelas. Sampai saat ini, wacana yang dimunculkan adalah pembatasan atau kenaikan harga. Hal ini dinilai sejumlah pihak sebagai politik coba-coba karena tidak ada sosialisasi kajiannya.

Menjawab pertanyaan wartawan seusai rapat koordinasi tentang pengembangan sektor riil di Jakarta, Selasa (24/1/2012), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan, sampai sekarang pemerintah belum menetapkan alternatif mana yang dipilih.

Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2012, kata Hatta, tidak mengakomodasi opsi kenaikan harga. Namun, opsi itu akan dibahas Komisi VI DPR serta Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral.

”Kita lihat nanti seperti apa (hasilnya). Tapi, menurut saya, sebaiknya semua opsi itu tersedia. Nanti kita bahas bersama, apa yang terbaik untuk bangsa ini, itu yang dipilih,” kata Hatta.

Prinsipnya, Hatta menegaskan, opsi apa pun yang akan diambil tetap mengacu strategi mengurangi ketergantungan terhadap BBM dan mendorong penggunaan gas.

Terkesan coba-coba

Ditemui seusai rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Menteri Keuangan Agus Martowardojo menyatakan, kebijakan pemerintah sejauh ini tetap pada pembatasan BBM bersubsidi sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang APBN 2012. Namun, hal itu bukannya mustahil terjadi jika ada kesepakatan antara pemerintah dan DPR. ”Sesuai dengan UU APBN 2012, itu (kenaikan harga) tidak bisa. Tetapi, kalau seandainya ada pembicaraan di Komisi VI dan pemerintah, masih dimungkinkan itu,” kata Agus.

Ekonom dari Econit, Hendri Saparini, menyatakan, model pengambilan kebijakan BBM bersubsidi yang ada saat ini merupakan bentuk buruk kebijakan publik yang diambil oleh pemerintah. Bukannya mendasarkan kajian dan berkesinambungan, pemerintah justru terkesan coba-coba atau testing the water sebelum menetapkan kebijakan.

Sementara itu, Direktur Pengolahan PT Pertamina Edi Setianto menyatakan, PT Pertamina berencana mengalihkan impor BBM jenis premium ke pertamax. Hal ini untuk mengantisipasi penerapan program pembatasan pemakaian BBM bersubsidi jenis premium yang direncanakan 1 April 2012. Jadi, tidak ada penambahan impor BBM.

Perseroan juga akan meningkatkan produksi pertamax secara bertahap hingga 19,99 juta kiloliter tahun 2018. Penambahan volume produksi pertamax itu dari peningkatan kemampuan kilang yang ada serta pembangunan dua kilang baru di Balongan, Jawa Barat, dan Tuban, Jawa Timur, kapasitas masing-masing 300.000 barrel per hari.

Sementara peningkatan produksi pertamax dari kilang yang ada direncanakan dari Kilang Plaju sebesar 2.300 barrel per hari tahun 2013, kilang Cilacap 104.000 barrel per hari tahun 2014-2015, serta kilang Dumai dan kilang Balikpapan. ”Kami telah menyusun roadmap infrastruktur kilang pengolahan yang ada dan dua kilang baru untuk peningkatan produksi pertamax,” ujarnya.

Dalam rencana program Pertamina, ditargetkan produksi pertamax tahun 2012 mencapai 1 juta kiloliter dan tahun 2013 menjadi 1,85 juta kiloliter. Secara bertahap, produksi pertamax dari kilang Pertamina akan terus bertambah hingga 19,99 juta kiloliter tahun 2018, menggantikan produksi premium. (LAS/EVY)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com