Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memicu China yang Asertif

Kompas.com - 25/01/2012, 02:28 WIB

RENE L PATTIRADJAWANE
E-mail:rlp@kompas.com

Tahun Naga Air 2012 membawa perubahan penting dalam skala regional dan global menuju perimbangan baru yang tidak ada presedennya. Perubahan ini ditandai dengan krisis berkepanjangan zona euro, kebangkitan China sekaligus perseteruan Beijing-Washington di bidang ekonomi dan perdagangan, hingga pembentukan kekuatan payung keamanan baru untuk menjadikan AS sebagai global cop yang baru.

Ada beberapa faktor yang ikut menentukan pemahaman soal perubahan kontekstual secara regional dan global. Faktor-faktor ini secara langsung berdampak dalam interaksi global. Faktor pertama mengacu pada krisis utang zona euro di kawasan Eropa yang tanpa titik terang.

Faktor kedua, kebangkitan global China yang sekaligus menjadi persoalan internasional dan diperbincangkan di mana-mana. Ini menyisakan pertanyaan-pertanyaan penting. Apakah China mampu memimpin dunia? Kalau China akan memimpin dunia, ke arah mana dunia akan dibawa oleh para pemimpin di Beijing?

Faktor yang bermunculan memang campur baur. Di bidang keamanan dan politik ada upaya untuk membangun dunia bipolar baru yang diwarnai dengan unsur tarik-menarik antara China dan AS dalam memengaruhi jalannya dunia.

Berbeda dengan Perang Dingin yang merancang dunia dalam persoalan ideologis, globalisasi sekarang menjadi rancangan arsitektur konsentris terpusat pada apa yang disebut majalah Economist terbaru (21/1) sebagai antagonisme di antara kapitalisme negara, yang berhadapan dengan kapitalisme pasar.

Di sisi lain ketegangan baru muncul dalam konstelasi strategis baru di Asia, terkait kawasan Laut China Selatan atas klaim tumpang tindih China dan beberapa negara ASEAN. Ini diwarnai pula dengan kehadiran kekuatan pasukan Marinir AS di Darwin, Australia, sebagai kekuatan sumbu baru dalam postur payung keamanan demi kepentingan AS.

Kekuatan sumbu strategis AS ini jelas ditujukan kepada China, dan tidak semata hanya diarahkan pada eskalasi ketegangan klaim tumpang tindih di Laut China Selatan. Buruknya kinerja ekonomi dan keuangan AS serta kawasan Eropa karena berbagai krisis telah meningkatkan inflasi, kesulitan penciptaan lapangan pekerjaan, defisit perdagangan, serta pertumbuhan yang rendah menjadi faktor-faktor yang mendorong terbentuknya konstelasi tersebut.

Tahun 2012 ini kita akan menyaksikan latihan angkatan laut bersama tiga negara AS, India, dan Jepang. Ini membentuk perjanjian tripartit seperti yang diinginkan Presiden AS Barack Obama sebagai ”rebalancing toward the Asia-Pacific”.

Aliansi baru ini digabung dengan postur sumbu keamanan AS. Ini memang tidak secara eksplisit diarahkan kepada China. Namun, aliansi ini mengingatkan kita pada Triple Entente, perjanjian tiga negara Perancis-Inggris-Rusia pra-Perang Dunia I ketika ada ancaman kebangkitan Jerman yang asertif.

Ketegangan di Laut China Selatan memang mengubah pandangan para ahli strategi dalam melihat kebangkitan RRC, yang dikhawatirkan bisa menjadi kekuatan dunia yang arogan.

Persoalannya, apakah kebangkitan China, yang diperkirakan akan mengalahkan posisi AS sebagai kekuatan ekonomi dan perdagangan pada tahun 2030, akan menjadi sangat asertif?

Ketika China harus berhadapan dengan negara-negara besar dalam persaingan global, memang tidak ada cara lain bagi Beijing selain menjalankan sikap yang disebut taoguang yanghui (menjaga profil rendah) dan keluar dari kebijakan pertumbuhan damai yang dianut selama lebih dari tiga dekade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com