Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Beberapa Cara Mengurangi Subsidi BBM

Kompas.com - 20/01/2012, 20:10 WIB
Evy Rachmawati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com -- Wakil Presiden Komunikasi Korporat PT Pertamina (Persero) Mochamad Harun menyambut positif munculnya opsi kenaikan harga BBM bersubsidi. Oleh karena opsi itu dinilai jauh lebih mudah dilakukan, tidak perlu pembangunan infrastruktur dan pengawasan distribusi BBM bersubsidi, dibandingkan jika membatasi pemakaian BBM bersubsidi bagi mobil pribadi.

Harun mengusulkan agar pemerintah menetapkan besarnya subsidi untuk setiap liter BBM bersubsidi atau mekanisme pemberian subsidi BBM secara fluktuatif. Jadi, kenaikan harga BBM bersubsidi akan dibebankan ke masyarakat sebagai edukasi mengenai tingginya harga minyak, dan pemerintah tidak menanggung pembengkakan subsidi BBM.

"Ini akan menunjukkan bahwa pemerintah mempunyai keinginan kuat untuk memberi subsidi, tetapi kemampuan anggaran pemerintah terbatas," ujar Haru, Jumat (20/1/2012) di Jakarta.

Secara terpisah, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo menyatakan, ada beberapa cara mengurangi beban subsidi bahan bakar minyak yang terus membengkak. Salah satunya, dengan menaikkan harga BBM bersubsidi secara bertahap.

Menurut Widjajono, sebenarnya ada beberapa cara untuk mengurangi subsidi harga BBM. Salah satunya adalah, menaikkan harga Premium untuk mobil pribadi setiap tahun. Sebagai contoh, 1 April 2012, harganya naik menjadi Rp 6.000 per liter, tahun 2013 menjadi Rp 7.000 per liter, dan 2014 menjadi harga pasar atau sekitar Rp 8.000 per liter.

Cara lain, menaikkan harga Premium untuk mobil pribadi secara otomatis 5 persen setiap bulan. Akibatnya, dalam 18 bulan, harga menjadi Rp 8.100 per liter. Hal ini pernah berlaku di Inggris untuk penyesuaian harga listrik.

"Naikkan harga Premium 1 April 2012 menjadi harga pasar (sekarang Rp 8.200 per liter) untuk Jakarta dulu, lalu disusul daerah-daerah lain sampai akhir tahun 2014," kata Widjajono.

Untuk beberapa opsi tersebut, menurut Widjajono, hasil penghematan subsidi semestinya digunakan untuk membenahi transportasi umum dan penerapan program pengalihan pemakaian BBM ke bahan bakar gas (BBG) untuk angkutan umum. Sedangkan kendaraan pribadi dapat memakai BBM tidak bersubsidi ataupun BBG.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com