KOMPAS.com - Pemerintah Nigeria menurunkan harga bahan bakar minyak (BBM) pascaunjuk rasa dan pemogokan nasional yang melanda negeri itu. "Pemerintah sepakat menurunkan harga BBM menjadi 97 naira (setara dengan Rp 5.500) per liter," kata Presiden Nigeria Goodluck Jonathan dalam pidato televisi.
Menurut warta AP dan AFP pada Senin (16/1/2012), Presiden Jonathan mengatakan kalau pemerintah tetap melakukan deregulasi kebijakan sektor BBM. Andai dihitung, penurunan harga BBM berkisar 30 persen.
Pidato Jonathan disampaikan setelah pemerintah Nigeria gagal mencapai kesepakatan dengan serikat pekerja untuk menghentikan aksi mogok nasional mereka. Bahkan Kongres Buruh Nasional Nigeria mengancam akan melanjutkan unjuk rasa meski meminta para pekerja untuk berdiam diri di rumah masing-masing.
Keputusan pemerintah ini diharapkan bisa menghentikan aksi unjuk rasa yang sudah berlangsung beberapa hari dan mengakibatkan sedikitnya 600 orang terluka.
Aksi mogok yang juga diikuti para pekerja perminyakan ini dipastikan akan mempengaruhi pasar minyak global. Pasalnya, Nigeria adalah produsen minyak mentah terbesar keenam di dunia.
Korupsi
Minyak mentah memasok 80 persen pendapatan Nigeria. Kendati begitu, karena korupsi dan salah urus, negeri itu tak memiliki satu pun sarana pengolahan minyak mentah. Akibatnya Nigeria harus mengimpor seluruh kebutuhan BBM-nya.
Aksi mogok nasional ini dipicu kebijakan pemerintah Nigeria yang mencabut subsidi BBM sejak 1 Januari lalu. Kebijakan tidak populer ini langsung membuat harga BBM di negeri itu melonjak dua kali lipat.