Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Iran Peringatkan Arab Soal Minyak

Kompas.com - 16/01/2012, 10:55 WIB

TEHERAN, KOMPAS.com - Iran memperingatkan akan ada ”konsekuensi tidak terduga” bagi negara-negara Arab yang nekat menaikkan produksi minyak untuk mengisi kekurangan pasar apabila Uni Eropa jadi mengembargo ekspor minyak Iran. Negara-negara itu akan dianggap antek Barat.

Demikian diungkapkan perwakilan Iran di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), Mohammad Ali Khatibi, di Teheran, Minggu (15/1). Iran adalah produsen minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi di antara 12 negara anggota OPEC dengan kapasitas produksi sekitar 3,5 juta barrel per hari.

”Kami tak akan menganggap itu sebagai tindakan bersahabat. Jika negara-negara produsen minyak di Teluk Persia memutuskan untuk menyubstitusi minyak Iran, mereka akan harus bertanggung jawab. Konsekuensinya tidak akan bisa diduga,” tutur Khatibi.

Ia menambahkan, Iran akan menempatkan negara-negara yang menaikkan produksi minyaknya sebagai antek-antek ”negara-negara petualang” Barat.

Harga minyak dunia dikhawatirkan akan melonjak apabila Uni Eropa (UE) jadi menerapkan sanksi embargo minyak Iran akhir bulan ini, menyusul AS yang lebih dulu menerapkan sanksi tersebut. Namun, Arab Saudi—sebagai produsen minyak terbesar di dunia—dikabarkan siap menaikkan produksinya untuk mengganti minyak Iran yang akan hilang dari pasaran.

Menteri Luar Negeri Perancis Alain Juppe, Kamis pekan lalu, mengatakan, beberapa negara produsen minyak sudah menyatakan siap meningkatkan produksi minyak mereka untuk menjaga harga minyak dunia apabila UE jadi mengumumkan embargo ini pada 23 Januari mendatang.

Menteri Perminyakan Arab Saudi Ali al-Naimi menambahkan, pihaknya siap mendongkrak produksi minyak hingga kapasitas maksimum untuk memenuhi lonjakan kebutuhan dunia. ”Arab Saudi mampu memproduksi minyak hingga 12,5 juta barrel per hari untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia dan melayani kenaikan permintaan dari negara-negara pembeli,” kata Al-Naimi seperti dikutip surat kabar Al-Watan, Minggu.

Negara-negara Barat berniat mencekik pemasukan Iran guna memaksa negara itu menghentikan program nuklirnya, yang mereka curigai dilakukan untuk membuat senjata nuklir. Lebih dari separuh pendapatan Iran berasal dari ekspor minyak, yang bernilai hingga 75 miliar dollar AS (sekitar Rp 680,6 triliun) per tahun.

Sebelumnya, Iran melontarkan ancaman akan memblokade Selat Hormuz, yang menjadi jalur ekspor utama minyak melalui laut dari negara-negara Teluk, apabila Barat jadi menerapkan embargo. Ancaman itu langsung direspons AS dengan mengatakan, penutupan Selat Hormuz ”tidak akan ditoleransi”.

Tak beralasan

Dalam perkembangan lain, China memprotes keras keputusan AS menjatuhkan sanksi kepada sebuah perusahaan negara di China terkait Iran.

”Menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan China dengan UU domestik (AS) sama sekali tak beralasan dan tak sesuai dengan semangat atau isi resolusi Dewan Keamanan PBB terkait isu nuklir Iran,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Liu Weimin, Sabtu (14/1) malam.

Perusahan Zhuhai Zhenrong Co dituduh memfasilitasi pasokan bensin senilai 500 juta dollar AS ke Iran selama periode Juli 2010-Januari 2011.

Bersama perusahan lain dari Singapura dan Uni Emirat Arab, Zhuhai Zhenrong dilarang mendapat lisensi ekspor dari AS dan menerima berbagai sanksi lain yang menghalangi mereka berbisnis di AS. (AP/AFP/Reuters/DHF)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com