Di antara mereka yang dibebaskan ada mantan para pejabat yang disingkirkan serta tokoh kelompok etnis minoritas di negeri itu.
Langkah melepaskan para narapidana politik sesuai dengan tekanan sejumlah negara maju.
Pemerintah Myanmar terkesan kuat menuruti tuntutan tersebut demi menyenangkan Barat agar mereka segera mencabut embargo, terutama ekonomi, yang mereka terapkan selama ini.
”Pelepasan seluruh narapidana politik di Myanmar adalah tuntutan lama yang diajukan
Lebih lanjut, sejumlah tokoh politik yang dibebaskan kali ini antara lain aktivis pergerakan tahun 1988, Nilar Thein, dan suaminya, Kyaw Min Yo atau lebih dikenal dengan panggilan Ko Jimmy.
Thein dibebaskan dari penjara Tharya Wadi setelah dua kali dijebloskan ke penjara. Dia ditindak tujuh tahun setelah tertangkap dalam aksi demonstrasi 1988. Dia dipenjarakan untuk kedua kalinya pada tahun 2008 dengan vonis 65 tahun karena dianggap secara ilegal menggunakan media elektronik.
”Saya dalam kondisi sehat dan sangat gembira dibebaskan. Saya sangat senang bisa bertemu dan berkumpul dengan anak saya. Hari ini ada sembilan tahanan politik lain yang ikut dibebaskan bersama saya. Namun, di dalam (penjara Tharya Wadi) masih ada 25 tahanan politik yang belum dibebaskan,” ujar Thein.
Tahanan lain yang juga dibebaskan adalah Min Ko Naing, pemimpin gerakan perlawanan dalam aksi demonstrasi menentang pemerintahan junta militer tahun 1988.
Selain aktivis mahasiswa, pemerintah juga melepas tahanan politik dari kalangan perlawanan etnis minoritas, seperti U Khun Tun Oo. Dia dikenal sebagai perwakilan politik paling senior dari kelompok etnis minoritas terbesar di Myanmar, Shan.