KOMPAS.com — Militer Kenya mengklaim sudah menewaskan 60 gerilyawan Al Shabaab di kawasan selatan Somalia. Jet-jet tempur Kenya itu melancarkan serangan militer sejak kemarin. "Jumlah korban sangat banyak dalam serangan-serangan udara," kata juru bicara militer Kenya, Kolonel Cyrus Oguna, kepada wartawan.
Ia menambahkan, menurut warta AP dan AFP pada Sabtu, serangan-serangan bom itu menghantam posisi-posisi gerilyawan di Garbahare di daerah Gedo,Somalia selatan. "Korban sementara adalah Al Shabaab kehilangan lebih dari 60 petempurnya, dan lebih dari 50 orang cedera," tambah Oguna.
Gerilyawan Al Shabaab yang punya hubungan dengan Al Qaeda itu berulang-ulang membantah laporan jumlah korban yang disiarkan Kenya sebagai kabar bohong. Tidak mungkin melakukan konfirmasi yang independen mengenai jumlah korban tewas itu.
Kenya mengirim pasukan melintasi perbatasan masuk ke Somalia pada Oktober untuk memerangi gerilyawan garis keras yang dituduh melancarkan sejumlah serangan di Kenya, dan berperang membantu pasukan pro-pemerintah Somalia. "Kami akan terus menyerang mereka (Shabaab) sampai kekuatan mereka lumpuh... dan kami akan melakukan itu saat ini," kata Oguna.
Para petempur Shabaab menguasai daerah luas selatan Somalia, tetapi kini sedang menghadapi tekanan yang meningkat dari pasukan pemerintah dan tentara regional.
Pasukan Etiopia memasuki perbatasan Somalia pada November dan bulan lalu terlibat pertempuran membantu pasukan Pemerintah Somalia untuk menguasai kota Beledweyne di daerah Hiran, Somalia tengah, dari tangan gerilyawan itu.
Kenya mengatakan, pihaknya melakukan tukar-menukar perwira penghubung dengan tentara Etiopia karena kedua negara menghadapi satu musuh yang sama, tetapi dua front itu tetap terpisah.
Pasukan Uni Afrika yang berkekuatan 10.000 personel beranggotakan tentara Uganda, Burundi, dan Djibouti membantu mempertahankan pemerintah dukungan Barat yang goyah dari serangan gerilyawan Shabaab di ibu kota Mogadishu yang porak poranda akibat perang itu.